Filum Nemathelminthes
A. Pengertian Nemathelminthes
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing gilig karana tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan seudoselomata.
B. Ciri Umum Nemathelminthes
ü Tubuh tidak beruas-ruas, gilik, pada bagian depan terdapat mulut dilanjutkan dengan pencernaan yaitu usus dan diakhiri dengan anus
ü Tidak memiliki pencernaan gastrovaskuler karena sudah terdapat usus
ü Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
C. Ciri tubuh Nemathelminthes
Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
v Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter.Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
v Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri.Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas.Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus.Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.
Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan keseluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom.Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.
D. Cara hidup dan habitat Nemathelminthes
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada tumbuhan.Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
E. Reproduksi Nemathelminthes
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
F. Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Acanthocephala. Pada uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi manusia.
a. Kelas Nematoda
a. Kelas Nematoda
(Nema: benang, oidos: bentuk) Pada classis Nematoda, cuticulanya polos atau bercincin-cincin, kebanyakan mempunyai bulu-bulu kaku, tidak bercilia. Cuticula adalah merupakan modifikasi epidermis kearah superficial. Dibawah epidermis terdapat lapisan otot yang hanya terdiri atas serabut-serabut longitudinal saja.
1. Ciri-ciri umum
ü Mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut SPEUDOSEL atau PSEDOSELOMA.
ü Tidak mempunyai silia sama sekali.
ü Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).
2. Sistem integument
Permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara berturutan adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis dan lapisan otot.
3. Sistem syaraf
Sistem saraf terdiri dari cincin anterior yang mengelilingi esofagus, batang saraf dorsal dan fentral, dan saraf-saraf anterior (6 saraf anterior dan 6 saraf posterior)
4. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ALA CAUDAL sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut BURSA (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi). Sedangkan Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari ovarium, oviduk dan uterus. berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk “” Reseptakulum Seminalis ” yaitu kantung sperma) , vagina dan terakhir vulva.
- Siklus hidup
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
ü Secara langsung
1. melalui larva infektif. Contoh Ancylostoma sp.
2. Melalui telur infektif. Contoh Ascaris sp., Trichuris sp.
Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, karena kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2 walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain infektif melalui mulut (termakan) bisa pula menembus kulit.
Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan). contoh : Ascaris sp.
ü Secara tidak langsung
Melalui hospes Intermidier (HI) contoh: Dirofilaria sp., Thelazia sp.
1. Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier termakan oleh hospes definitif.
2. Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp. Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.
3. Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu hospes antara menghisap darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes antara menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria sp.
Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami :
a. Migrasi
§ Migrasi melalui pembuluh darah
§ Migrasi melalui pembuluh limpa
b. Tidak mengalami migrasi.
Pada, kelas nematoda terdapat beberapa ordo, yaitu:
Ordo Ascaridida
Genus Ascaris
Ordo Ascaridida
Genus Ascaris
Ascaris adalah jenis cacing gilig yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian bergigi, tetapi tidak ada interlabia atau sayap servikal. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa sayap kaudal tetapi terdapat sejumlah papila.
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut. Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula.Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak.Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar telur ascaris.
Morfologi, cacing Ascaris umumnya berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula yang tebal serta memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak pada bagian dorsal. Masing-masing bibir dilengkapi dengan papillae dibagian lateral dan subventral dan dilengkapi pula dengan sederetan gigi pada permukaan sebelah dalam. Ukuran panjang tubuh cacing jantanberkisar antara 15-25 cm dengan diameter penampang lintang 3 mm. Sedangkan cacing betina dapat mencapai panjang 41 cm dengan diameter penampang lintangnya 5 mm.
Siklus Hidup, Dalam perkembangannya, melalui dua fase perkembangan yakni fase eksternal (diluar tubuh ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak).
Fase eksternal : dimulai sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan feses dari dalam tubuh ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi lingkungan yang menunjang, telur akan berkembang sehingga didalam telur terbentuk larva stadium I. Bila kondisi tetap menunjang, larva stadium I akan menyilih menjadi larva stadium II yang bersifat infeksius (telur infektif) dan siap menulari ternak babi apabila telur tertelan.
Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitif. Didalam usus halus, telur infektif tersebut dicerna oleh enzim pencernaan dan terbebaslah larva stadium II. Larva II akan menembus dinding usus halus menuju hati atau larva akan mengikuti peredaran darah vena porta menuju ke hati. Selanjutnya larva II tersebut menembus kapsul hati dan masuk melalui sel-sel parenkem hati untuk selanjutnya ikut peredaran darah dari hati menuju ke jantung, paru-paru, dan bahkan dapat menyebar seluruh organ tubuh. Jika babi bunting dapat terjadi infeksi prenatal. Juga larva dapat mencapai kelenjar susu, didalam kelenjar susu, larva cacing akan bersifat dorman (tidak berkembang lebih lanjut atau mengalami fase istirahat ) dan baru akan berkembang didalam tubuh keturunannya (anak) bila mana sudah lahir dan penularannya melalui air susu.
Didalam paru-paru larva stadium II berkembang menjadi larva III, kemudian keluar dari kapiler alveoli paru-paru menuju bronchioli, bronchi dan selanjutnyake trachea, pharing (iritasi terjadi proses batuk) akhirnya larva III tertelan dan sampailah kembali ke dalam usus halus. Di dalam usus halus larva III menyilih menjadi larva IV dan menyilih untuk menjadi larva V (dewasa).
Cacing betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir per har, dan diduga bahwa seekor cacing A. suum betina dewasa selama hidupnya dapat menghasilkan telur sebanyak 27 milyard butir. Telur berukuran 50-80 X 40-60 mikron, berdinding tebal, berwarna kuning kecoklatan serta pada bagian luarnya dilapisi oleh lapisan albumin yang tidak rata sehingga membentuk tonjolan yang bergerigi (ciri khas dari genus Ascaris ).HOSPES DEFINITIF DAN PREDILEKSI, berparasit pada babi dan predeleksinya didalam usus halus.
Genus Parascaris
Genus Parascaris
Merupakan cacing nematoda dengan tubuh yang tebal dan bahkan lebih besar dari Ascaris. Ketiga bibir tampak jelas dipisahkan oleh alur horizontal menjadi bagian anterior dan posterior. Ujung posterior cacing jantan membulat atau berbentuk kerucut tumpul dengan sayap kaudal kecil. Tidak ada gubernakulum. SPESIES, Parascaris equorum, berpredeleksi di dalam usus halus kuda termasuk zebra dan equidae. Cacing jantan panjangnya 15 – 28 cm dan diameternya 3-6 mm, spikulanya sama besar dengan panjang 2 – 2,5 mm. Cacing betina panjangnya 18 – 50 cm dengan diameter mencapai 8 mm. Vulva terletak 1/ 4 anterior tubuh, telurnya berbentuk agak bulat dengan diameter 9-10 mikron, kulit tebal berbintik-bintik halus.
Genus Toxocara
Genus Toxocara
Toxocara canis, berpredeleksi dalam usus halus anjing dan rubah, lebih besar dari Toxascaris leonina. Cacing jantan panjangnya mencapai 10 cm dan yang betina 18 cm. Telurnya berbentuk agak bulat berukuran 85-90X75 mikron dengan dinding tebal dan berbintik-bintik halus.
Toxocara cati, berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya hampir sama dengan T. canis, cacing jantan panjangnya 3 – 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan bersayap. Cacing betina panjangnya 4-12 cm. Telur berukuran 65 – 75 mikron.
Toxocara vitolurum, berpredeleksi didalam usus halus sapi, kerbau, domba dan kambing. Bibirnya lebar pada pangkalnya dan semakin keujung menyempit. Cacing jantan panjangnya mencapai 25 cm dengan diameter 5 mm. Ujung posteriornya meruncing dan sering disebut berujung paku. Cacing betina panjangnya 30 cm dengan diameter 6 mm. Vulva cacing terletak 1/8 ujung anterior tubuh. Telurnya berukuran 75-95 X 60 – 75 mikron.
Genus Toxascaris
siklus hidup Ascaris sp.
Genus Toxascaris
Cacing dari genus ini hampir sama dengan Toxocara sp., perbedaannya bibir lobulus anterior terpisah oleh sebuah alur yang dalam dan lobulus tersebut melebar dan pada ujungnya berlobus dua.
Spesies, Toxascaris leonina, berpredeleksi didalam usus halus anjing, kucing, rubah dan berbagai filidae. Ujung anterior cacing dewasa membengkok ke dorsal, cacing jantang panjangnya 2 – 7 cm dengan diameter1,5 – 2 mm. Sedangkan cacing betina panjangnya 2 – 10 cm, vulvanya berada 1/3 anterior tubuh. Telur mempunyai kulit yang tebal dan halus dengan ukuran 5 – 85 X 60 –75 mikron.
Siklus Hidup, larva II infektif menetas didalam usus halus, kemudian masuk kedalam mukosa usus untuk beberapa saat dan akhirnya kembali lagi kedalam usus dan mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi dewasa.
Genus Oxyuris
Genus Oxyuris
Species Enterobius vermicularis (cacing kremi). Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang sangat kecil. sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia.Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini.
Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita sendiri.Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi kembali.
Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita sendiri.Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi kembali.
Siklus Hidup, Cacing betina dan betina muda hidup di caecum dan colon crasum. Setelah pembuahan, betina yang dewasa kelamin mengembara ke rectum dan merayap ke luar melalui anus. Telur dilepaskan dalam gerombolan-gerombolan di kulit daerah perianal. Perkembangan telur cepat dan menjadi stadium infektif dalam 3-5 hari. Telur infektif dapat mencapai daerah perianal dan menetas disitu, namun biasanya telur-telur terjatuh ditanah. Pada keadaan lembab telur dapat hidup dalam beberapa minggu, tetapi pada kondisi kurang menunjang telur akan mati. Infeksi terjadi karena menelan telur infektif. Larva infektif terbebas di dalam usus halus dan larva stadium III akan dijumpai didalam mukosa cryptus dari colon dan caecum. Larva stadium 4 akan dijumpai sekitar 8 – 10 hari setelah menelan telur. Dewasa kelamin akan dicapai sekitar 4-5 bulan setelah infeksi.
Genus Ancylostoma
Spesies Ancylostoma duodenale (Cacing tambang atau cacing cambuk) adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inangnya, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing ataupun manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator
Genus Ancylostoma
Spesies Ancylostoma duodenale (Cacing tambang atau cacing cambuk) adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inangnya, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing ataupun manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus. Necator americanus banyak ditemukan di Amerika, Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok, and Indonesia, sementara A. duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk.
Cacing tambang ini dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut. Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.
Cacing tambang ini dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut. Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.
Siklus Hidup, Cacing Ancylostoma sp. Mengeluarkan telur bersama feses saat defikasi, pada lingkungan yang mendukung (suhu 23 – 30 0C tanah berpasir dan basah, kelembaban tinggi).didalam telur akan terbentuk larva I. Setelah 12-36 jam, telur yang mengandung larva I akan segera menetas dan terbebaslah larva I yang mempunyai bentuk esofagus yang rhabditiform berukuran 275 mikron serta memanfaatkan sisa organik dan bakteri sebagai bahan makanan.
Larva I akan segera memasuki fase lethargi (istirahat) dan selanjutnya menyilih menjadi larva II yang esofagusnya sudah kelihatan lebih langsing, setelah 5-8 hari akan mengalami penyilihan lagi dan menjadi larva III (infektif) dengan esofagus filariform. Baik larva II dan larva III sumber makanan sama dengan Larva I.
Genus Ascaridia
Genus Ascaridia
Spesies : Ascaridia galli, Ascaridia columbae, Ascaridia dissimilis. predeleksinya di dalam usus halus ternak unggas seperti ayam, mentog, kalkun, itik dan berbagai burung liar di seluruh dunia.
Morfologi : Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran paling besar pada unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki tiga buah bibir yang berukuran sama, esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak dijumpai adanya bulbus posterior.
Cacing jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang dilengkapi dengan sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal. Cacing ini mempunyai sucker (batil isap ) precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi cutikuler yang tebal. Spikulum tidak sama besarnya, tetapi sama panjang berukuran 1-2,4 mm dan tidak ada gubernakulum.
Cacing betina dewasa berukuran 7,2 – 11,6 cm, bagian ekornya memipih kebagian ujung, sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan (pertengahan tubuh). Telur cacing A. galli berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin, tidak bersegmen dan belum berkembang saat dikeluarkan. Telur cacing berukuran 73 – 92 X 45-57 mikron. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur sebanyak 250.000 butir setiap hari.
Siklus Hidup , Telur cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat defikasi. Di alam luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan terbentuk larva, telur infeksius (telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah kira-kira 10 hari dan sangat tahan terhadap pengaruh luar, dan bahkan dapat bertahan selama tiga bulan pada tempat yang teduh tetapi cepat terbunuh dalam kekeringan, kepanasan dan terkena sinar matahari langsung.
Unggas terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau termakannya cacing tanah yang sebelumnya menelan telur cacing infektif, transmisi dapat terjadi secara mekanik langsung ke dalam usus hospes definif. Setelah telur infeksius tertelan, didalam saluran pencernaan hospes definitif , karena pengaruh enzem pencernaan telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium II. Setelah menetas, larva II akan menetapdidalam lumen usus selama 8 hari dan mengalami ekdisis ( menyilih) menjadi larva III, setelah itu larva III akan masuk kedalam mukosa usus halus sampai ± hari ke-17 menyilih menjadi larva IV dan akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi dewasa ( 6-8 minggu ).
Genus Heterakis
Genus Heterakis
Spesies yang penting adalah Heterakis gallinarum, dijumpai didalam caecum dari ternak unggas, bebek, angsa dan bangsa burung.
Cacing jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki alae lateralis yang besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor cacing jantan diperlengkapi alae yang besar, sebuah sucker precloaca yang menonjol dan membulat serta 12 pasang papillae. Spikula tidak sama, yang kanan langsing 2 mm, yang kiri memiliki sayap lebar 0,65 –0,7 mm. Vulva ditengah-tengah tubuh cacing betina. Telur berdinding tebal, halus dengan ukuran 65-80 u X 35 – 46 mikron.
Ordo Strongylida
Genus strongylus
Terdapat capsulla buccalis bentuk globoid yang berkembang sempurna pada dinding dorsal. Tetapi anterior capsulla buccalis biasanya memiliki alat kutikuler berbentuk daun yang disebut corona radiata. Terdapat corona radiata external pada lubang mulut dan corona radiata internal pada dinding sebelah dalam capsulla buccalis. Bursa pada cacing jantan berkembang sempurna dan kuat yang memiliki cabang-cabang (alur) yang tipik didalamnya.
Strongylus equinus, dijumpai didalam sekum dan colon bangsa kuda , termasuk zebra. Warna cacing abu-abu hitam. Kadang-kadang kemerahan karena darah dalam saluran pencernaan yang tampak. Cacing jantan panjangnya 26-35 mm, yang betina 38-47 mm, dengan penampang 2 mm. Capsulla buccalis oval dan memiliki corona radiata external dan internal. Pada pangkal dari capsula buccalis terdapat gigi dorsal yang besar dan dua gigi subventral yang lebih kecil. Cacing jantan memiliki dua spikula. Vulva dari cacing betina terletak sekitar 12-14 mm dari bagian posterior tubuh.
Bentuk telur oval, dinding tipis dan telah mengalami awal segmentasi pada saat dilepaskan dari tubuh, ukuran telur 70 – 85 u X 40-75 mikron.
Siklus Hidup, Telur –telur keluar bersama tinja dan telah mengalami awal segmentasi. Dinding telur tipis, terdiri dari lapisan dinding sebelah luar yang terdiri dari bahan chitin dan membrana vitellinus di dalamnya. Pada suhu 26 C terbentuk larva stadium I dalam waktu 20-24 jam yang menetas dari telur dan menjadi larva stadium bebas. Setelah menetas, larva berada pada stadium I, yaitu bentuk rhabditiform. Makanan larva adalah bakteri , kemudian terus bertumbuh dan menyilih menjadi larva stadium II. Bentuk rhabditiform esofagus berkurang, kemudian tumbuh menjadi larva yang kutikulanya masih tetap berasal dari stadium sebelumnya dan bersifat infeksius. Larva stadium infeksius tidak makan bakteri dari alam sekitarnya, tetapi memperoleh makanannya dari granula makanan yang tersimpan didalam sel-sel intestinum.
Larva infeksius tidak aktif masuk kedalam tubuh hospes, tetapi tertelan bersama makanan.
Larva stadium infeksius bersifat :
- geotrofik negatif : selalu merayap keatas ke daun-daun rumput dan lain-lain.
- Phototropic pada sinar lemah, tapi takut pada sinar kuat, sehingga larva merayap naik pada pagi hari dan sore hari atau pada cuaca mendung.
- Migrasi terjadi lebih aktif pada keadaan panas dibanding dingin.
Kemampuan hidup larva pada pasture tergantung pada kondisi lingkungan yaitu, kelembaban, suhu dan sinar matahari. Karena persedian makanan terbatas, kondisi yang mendukung pergerakan maka larva lebih cepat mati. Pada musim panas, larva tidak dapat hidup lebih dari 3 bulan, tetapi pada musim dingin dapat hidup setahun atau lebih. Infeksi terjadi karena memakan larva infeksius dan perkembangan larva stadium infektifselanjutnya yaitu pelepasan dan pergantian kulit yang terjadi didalam usus halus hospes.
Pada Strongylus equinus, larva yang telah berganti kulit, menembus masuk mukosa sekum dan kolon dan masuk ke sub serosa untuk membentuk nodule disitu. Sebelas hari setelah infeksi, terbentuk larva didalam nodule. Larva stadium 4 migrasi ke rongga peritonium, terus ke hati yang berlangsung selama 6-8 minggu. Antara 2-4 bulan setelah infeksi, larva meninggalkan hati melalui ligamentum hepatika dan pergi ke rongga peritonium melalui pankreas. Setelah 118 hari dari saat infeksi, terbentuk larva stadium 5 dan menuju ke sekum dan kolon. Periode prepaten adalah 260 hari.
Genus Haemonchus
Genus Haemonchus
Morfologi : Cacing haemonchus contortus merupakan cacing lambung yang besar, sehingga disebut juga cacing ” Barberpole” , cacing lambung berpilin atau cacing kawat pada ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi didalam abomasum kambing, sapi, kambing dan ruminansia lain.
Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna merah terang serta memiliki spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian posterior tubuh tersusun oleh dua lobus lateral yang simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris, sehingga membentuk percabangan seperti huruf Y dan berwarna mengkilat.
Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30 mm dengan diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk spiral antara organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna merah karena penuh berisi darah, sehingga akan nampak berwarna merah puti secara berselang seling. Mempunyai ” Flaf anterior” yang menutupi permukaan vulva yang umumnya besar dan menonjol. Cacing betina dewasa mampu bertelur sebanyak 5.000 – 10.000 butir setiap hari. Telur berbentuk lonjong dan berukuran 70-85 X 41 –48 mikron yang pada saat keluar bersama tinja, perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam telur telah mengandung 16-32 sel).
Siklus hidup, Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam bebas, setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera menetas dan terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I akan ekdisis menjadi larva II, kemudian akan menjadi larva III yang infektif. Larva III akan merayap keatas daun atau rumput-rumputan serta dapat bertahan hidup untuk beberapa minggu – bulan jika kondisi tetap menunjang. Jika larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar, maka selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel pada mukosa abomasum untuk menghisap darah. Larva IV akan mengalami penyilihan yang terakhir menjadi cacing muda yang berpredeleksi didalam abomasum serta menghisap darah. Cacing betina sudah dapat bertelur dalam waktu 18 – 21 hari setelah infeksi.
Genus Oesophagustomum
Genus Oesophagustomum
Morfologi, Cacing ini memiliki capsula buccalis silindris dan sempit. Memiliki corona radiata. Mempunyai bursa terdiri 3 lobi dan ada spikula. Merupakan parasit pada caecum dan colon pada ternak sapi, kambing, domba, babi dan kera. Sering disebut cacing nodular, sebab larva cacing membentuk nodular pada intestinum.
Oesophagustomum columbionum : dijumpai pada colon domba, kambing, unta. Cacing jantan Panjang 12-16,5 mm. Dan betina sekitar 15-21,5 mm, dengan penampang sekitar 0,45 mm. Ukuran telur berkisar 73-39 U X 34-45 mikron.
Oesophagustomum radiatum : dijumpai didalam colon sapi, kerbau dan zebu. Cacing jantan panjang 14-17mm dan betina 16-22 mm.
Oesophagustomum dentatum : dijumpai di dalam usus besar babi.
Siklus hidup, Telur keluar bersama tinja hospes . di luar tubuh perkembangan stadium bebas sama dengan Strongylus sp. Stadium infektif dicapai pada kondisi optimum dalam waktu 6-7 hari. Setelah ditelan larva infektif mengalami pergantian kulit dalam usus halus dan sehari setelah infeksi larva menembus dinding usus yakni pylorus sampai ke rectum. Kondisi selanjutnya terjadi didalam muskularis mukosa yaitu 4-5 hari setelah infeksi dan larva tumbuh sampai sekitar 1,5 –2,5 mm setelah 5-7 hari, larva kembali masuk kedalam lumen intestinum dan migrasi kecolon. Disitu mengalami ekdisis ke empat dan berubah menjadi cacing dewasa. Telur tampak pertama pada tinja penderita setelah 41 hari infeksi. Sebagian larva dapat tinggal menetap dalam mukosa dalam waktu yang lebih lama pada anak domba.
Genus Stephunurus
Genus Stephunurus
Morfologi Cacing ini memilki capsul bukalis berbentuk cawan, berisi gigi-gigi. Spesies yang penting yaitu Stephurus dentatus yang merupakan cacing ginjal pada babi. Dijumpai didalam jaringan lemak perirenal, Pars pelvina dari ginjal dan dinding ureter. Kadang-kadang sebagai parasit eratika pada hati dan alat-alat abdomen lainnya serta alat-alat di rongga thorak. Parasit ini tersebar di wilayah tropis dan sub tropis. Cacing jantan panjangnya 20-30 mm, cacing betina 30-45 mm. Yang betina 2 mm lebarnya. Capsula bukalis berbentuk cawan dengan dinding tebal dengan 6 gigi tebal pada dasarnya. Bursa pada jantan kecil dengan alur yang pendek. Kedua buah spikula sama panjang. Vulva terletak dekat dengan anus. Telur berbentuk elips berdinding tipis dengan ukuran 90-120 u X 43-70 mikron.
Siklus hidup, Cacing dewasa biasanya hidup berkumpul didalam atau dekat ginjal di tempat perhubungan dengan ureter dan telur dikeluarkan bersama urine hospes. Pada stadium ini embrio didalam telur terdiri sekitar 32-64 sel. Perkembangan larva stadium preinfektif sama dengan Strongylus sp. Pada suhu optimal 26 C, telur menetas setelah 24-36 hari dan larva mencapai stadium infektif 4 hari setelah mengalami dua kali ekdisis.
Infeksi terjadi per-os atau melalui kulit. Cacing tanah dapat bertindak sebagai pembawa penyakit. Larva infektif dapat berkumpul dalam masa emoebocyte dari cacing tanah dan dapat hidup disini selama beberapa minggu atau bulan. Kulit pembungkus larva infektif segera akan lepas setelah infeksi dan ecdisis ketiga terjadi setelah 72 jam kemudian, yaitu pada dinding lambung atau kulit atau otot-otot abdominal setelah infeksi perkutan.
Dari kedua jalan infeksi, larva menuju ke hati. Bila infeksi per oral melalui pembuluh darah porta dan dicapai sekitar 3 hari, dan bila perkutan melalui paru-paru dan sistem sirkulasi dalam 40 hari. Dari hati mengembara dibawah kapsul hati dan menembus kapsul hati mencapai rongga peritonium. Kemudian mencapai jaringan perirenal dan menembus dinding ureter, serta membentuk cyste yang melanjut menghubungkan diri dengan ureter.
Genus Bonustomum
Genus Bonustomum
Cacing ini merupakan cacing kait yang dijumpai didalam usus halus domba, kambing, sapi dan kerbau diseluruh dunia. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal, sehingga capsula bukalis membuka kearah antero dorsal dan memiliki sepasang papan chitine pada tepi ventral. Di dekat dasarnya terdapat sepasang gigi sub ventral yang kecil. Tidak mempunyai gigi dorsal didalam capsula bukalis. Bursa berkembang dengan baik dan memiliki lobus dorsalis yang asimetris. Ujung telur tumpul membulat dan sel-sel embrional tampak sebagai granula yang berwarna gelap.Spesies : B.trigonocephalum dijumpai didalam usus halus domba dan kambing, B.phlebotomum dijumpai didalam usus halus sapi.
Siklus hidup, Perkembangan telur sama seperti Strongylus sp. Infeksi terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar larva infektif (larva stadium 3) dan dapat juga melalui kulit. Setelah infeksi melalui kulit, larva melanjut mengikuti peredaran darah menuju ke paru-paru dan disini terjadi ekdisis yang ketiga. Larva stadium keempat, memiliki capsula bukalis dan mencapai usus halus setelah 11 hari. Periode prepaten 30-56 hari. Larva infektif tidak tahan terhadap kering. Infeksi umumnya dijumpai didalam pasture yang terus menerus basah.
Genus Syngamus
Genus Syngamus
Spesies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam, bebek, angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada dalam keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm. Lubang mulut lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X 43-48 mikron, memiliki operculum tebal pada kedua ujung.
Siklus hidup, Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat pencernaan, kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur setelah keluar dari dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi dan suhu optimal dibutuhkan waktu 3 hari, pada kondisi lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Didalam telur larva ekdisis dua kali dan larva infektif dapat menetas dari telur, namun pada umumnya infeksi terjadi dengan menelan telur yang mengandung larva infektif. Larva yang menetas dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan arthropoda lainnya dan mengkista disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang paratenik.
Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut aliran darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari setelah infeksi . ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan cacing muda migrasi dari alveoli ke bronchioli yang lebih besar dan copulasi disini. Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode prepaten 17 – 20 hari setelah infeksi.
Genus Metastrongylus
Morfologi, Cacing ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir lateral berlobus tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil, dengan spikula pada yang jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis melintang. Ekor berbentuk kerucut. Vulva dekat dengan anus. Uterus paralel. Cacing ini oviparosa. Cacing jantan panjang 11-26mm dan cacing betina 28-60 mm. Telur berukuran 45-57 X 38-41 mikron dan telur berembrio ketika dikeluarkan. Spesies yang penting : M. apri, M. salmi yang predeleksi pada trakea, bonki dan bronkiola pada babi.
Siklus hidup, Siklus hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk semang antara. Telur dikeluarkan pada bronkhus dan bronkhiolus, dibatukkan kemudian ditelan dan dikelurkan bersama tinja. Telur ini harus dimakan cacing tanah untuk perkembangan lebih lanjut. Cacing tanah yang dapat berperan sebagai hospes intermidier antara lain : Allobophora chloritica, Denroboena rubida, Eisenia austriaca, E. foitida dan Lumbricus terrestris. Babi terinfeksi dengan jalan memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium 3, kemudian larva dibebaskan didalam usus halus babi, menembus usus halus menuju limfaglandula mesenterika melalui sistem limfe. Di tempat tersebut larva menyilih menyilih menjadi larva stadium 4, kemudian melalui sistem limfa dan peredaran darah menuju jantung dan paru-paru, menyilih menjadi stadium dewasa.
Ordo Florida
Genus Capillaria
Spesies Wuchereria bancrofti (cacing rambut). Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria. Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah ( elefantiasis ), yaitu pembengkakan tubuh. Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak.Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.
Morfologi, Mirip dengan Trichuris, tetapi ramping keseluruhan. Tubuhnya kapiler dan mempunyai mulut sederhana. Vulva cacing betina dekat dengan ujung esofagus. Kadang cacing ini mempunyai sebuah spikulum yang selalau ada selubungnya. Panjang cacing jantan 11 – 15 mm, betina 10-25 mm. Telur ini mempunyai dua sumbat pada kedua ujungnya dan ukuran telur 43-70 X 21-30 mikron.
Siklus hidup : secara langsung melalui telur infektif dan tidak langsung melalui hospes intermidier
Ordo Enoplida
Ø Genus Trichinella
Ordo Enoplida
Ø Genus Trichinella
Spesies Trichinella spiralis. Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan penyakit trikhinosis atau kerusakan otot.Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan daging yang tidak dimasak dengan baik. cacing ini terdapat di antara serabut-serabut obat bergaris dari hewan pemakan daging dan monivara. Jika inang memakan daging tersebut, maka di dalam usus kista tumbuh menjadi cacing dewasa. Setelah kawin, yang jantan mati dan cacing betina melahirkan larva. Larva itu lalu memasuki sel-sel mukosa dingin usus(sebagai parasit intraseluler) kemudian mengikuti peredaran darah besar dan larva datang dalam jaringan obat bergaris dan mengkista.
Cacing ini juga terdapat pada babi , tikus, dan mamalia lain (peka), sapi, domba dan kambing (kurang peka). Larva cacing akan mengkista pada urat daging bergaris melintang. Habitat Cacing dewasa pada usus halus sedangkan larvanya pada urat daging.
Morfologi, Cacing dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina panjangnya 1,4 –1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur akan menetas dalam uterus cacing betina (viviparosa). Larva ditemukan dalam kista mikroskopis pada urat daging bergaris melintang . yang jantan mempunyai anus yang ditonjolkan dan sembulan berbentuk kerucut disetiap sisi. Tidak mempunyai spikulum dan selubung. Vulva terletak pertengahan esofagus.
Siklus hidup, Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging yang mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan terbebas. Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian cacing jantan dan betina kawin , setelah kawin dacacing jantan segera mati. Cacing betina akan menembus kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun kedalam ruang limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas didalam saluran uterus dari cacing. Larva yang dihasilkan masuk saluran limpe, menembus ductus thoracicus, vena cava superior kiri dan kanan jantung, kemudian keperedaran darah yang disebarkan keseluruh tubuh. Penyebaran larva terutama pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya berkembang pada otot maseter, diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadang-kadang ditemukan pada hati, pankreas dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran panjang 0,8 – 1 mm dan diameter 30 mikron (16 hari). Dinding kiste terbentuk setelah 3 bulan dan mulai melingkar dalam kista yang dibentuk oleh jaringan sekitarnya. Otot disekitar mengalami degenerasi dan pengapuran setelah 6-9 bulan, tetapi larva dalam kista tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11 tahun). Kista akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus induk semang berikutnya bila termakan oleh induk semang tersebut. Daur hidup cacing ini tertutup.
Ø Genus Trichuris
Cacing ini terdapat pada sapi, kambing, domba dan anjing. Habitatnya di caecum. Adapun beberapa spesies diantaranya adalah Trichuris ovis pada caecum kambing dan domba Trichuris discolor pada caecum dari sapi, Trichuris vulvis pada anjing, Trichuris suis pada babi, Trichuris trichiura pada manusia.
Morfologi, Cacing ini disebut dengan cacing cambuk dengan salah satu satu ujung tebal dan ujung lainnya panjang dan tipis. Bagian anterior panjang dan tipis kira-kira dua kali bagian posterior, ujung posterior cacing jantan bergulung kedorsal dalam bentuk spiral. Vulva terletak antara batas anterior dan posterior. Cacing jantan panjangnya 30-80 mm dan betina 35 – 75 mm, telur mempunyai kulit tebal kecoklatan dengan dua sumbat dikedua ujungnya. Ukukran telur 50-80 x 21-42 u.
Siklus hidup, Penularan terjadi secara langsung melalui telur infektif (L2), telur sangat resisten, perkembangan didalam induk semang berlangsung didalam lumen usus dan massa prepaten 2-3 bulan. Cacing ini melekat pada caecum.
Ordo Dictophymoidea
Ø Genus Dyctyocaulus
Morfologi, Dyctiocaulus viviparus merupakan cacing paru pada sapi. Predeleksinya pada trakea, bronki dan bronkiola pada sapi, zebu, unta dan berbagai ruminansia. Terdapat 4 bibir, yang dorsal dan ventral agak sedikit lebih besar dibanding yang lateral. Kapsul bukal sangat kecil dan terdapat cincin tebal, keras disekeliling bagian posterior. Spikula sama besar, pendek dan kuat. Vulva cacing betina dekat dengan pertengahan tubuh dan uterus arahnya berlawanan. Cacing jantan panjang 17-50 mm, dengan telur berukuran 82-88 X 33-38 mikron.
Siklus hidup, Cacing dewasa berada didalam paru-paru kemudian mereka mengeluarkan telurnya. Beberapa telur menetas, kemudian telur/larva dibatukkan sehingga dapat tertelan dan keluar melalui tinja atau lendir dari hidung atau mulut. Larva menyilih menjadi larva stadium 3 infektif yang berselubung. Larva termakan oleh sapi bersama makanan/rumput kemudian larva ini menuju limfoglandula mesenterika menyilih menjadi stadium keempat dan kemudian melalui pembuluh darah menuju paru-paru dan menjadi dewasa. Periode prepaten 3-8 minggu.
b. Kelas Acanthocephala
Acanthocephala (dari bahasa Yunani akanthos, "duri" dan kephale, "kepala") adalah sebuah filum cacing parasit. Anggota filum ini terkenal karena memiliki "kait" yang digunakan untuk menempel di inangnya. ditandai dengan kehadiran sebuah evertable belalai, bersenjatakan duri, yang digunakan untuk menembus terus usus inangnya dinding. Acanthocephalans biasanya memiliki siklus hidup yang kompleks, yang melibatkan beberapa host, termasuk invertebrata, ikan, amfibi, burung, dan mamalia.
v Karakteristik Acanthocephala
ü Bilateral simetris dan berbentuk ulat.
ü Tubuh memiliki lebih dari dua lapisan sel, jaringan dan organ.
ü Mempunyai Pseudosoelom dan sistem ekskresi.
ü Badan tidak mempunyai sistem pencernaan.
ü Tubuh ditutupi oleh syncitial epidermis dengan beberapa raksasa inti.
ü Memiliki sistem saraf dengan saraf ganglion dan dipasangkan.
ü Sering di sebut cacing berkepala duri
ü Larva hidup di serangga dan Crustacea.
Sistem Pencernaan
Acanthocephalans tidak memiliki mulut atau saluran pencernaan. Ini adalah fitur mereka berbagi dengan cestoda (cacing pita), meskipun kedua grup tidak berkaitan erat. Tahap dewasa tinggal di usus tuan rumah mereka dan asupan nutrisi yang telah dicerna oleh tuan rumah, secara langsung, melalui permukaan tubuh mereka.
Sistem Pencernaan
Acanthocephalans tidak memiliki mulut atau saluran pencernaan. Ini adalah fitur mereka berbagi dengan cestoda (cacing pita), meskipun kedua grup tidak berkaitan erat. Tahap dewasa tinggal di usus tuan rumah mereka dan asupan nutrisi yang telah dicerna oleh tuan rumah, secara langsung, melalui permukaan tubuh mereka.
Sistem Integumen
Tubuh permukaan Acanthocephala khas. Eksternal, kulit tipis kutikula yang menutupi epidermis, yang terdiri dari syncytium tanpa dinding sel. Yang syncytium ini dilalui oleh serangkaian percabangan tubulus yang mengandung cairan dan dikendalikan oleh beberapa pengembara, amoeboid inti. Di dalam syncytium adalah lapisan yang tidak teratur melingkar serat otot, dan dalam hal ini lagi agak serat longitudinal berserakan, tidak ada endotelium. Except for the absence of the longitudinal fibres the Kecuali tidak adanya serat longitudinal kulit menyerupai belalai tubuh, tetapi mengandung cairan tubulus dari belalai yang menutup diri dari orang-orang dari tubuh. Kanal dari belalai terbuka ke dalam sebuah kapal yang membentang melingkar bulat dasarnya.
Dari kanal melingkar dua kantung-seperti proyeksi disebut lemnisci lari ke dalam rongga tubuh, di samping rongga hidung. Masing-masing terdiri dari sebuah perpanjangan dari bahan syncytial kulit belalai, ditembus oleh kanal dan diselubungi dengan mantel yang berotot. Mereka sepertinya bertindak sebagai reservoir ke mana fluida yang digunakan untuk menjaga belalai "ereksi" dapat menarik bila ditarik kembali, dan dari mana fluida dapat digerakkan keluar bila ingin memperluas belalai.
v Sistem saraf
Ganglion pusat dari sistem saraf terletak di belakang hidung atau septum selubung. Itu yang innervates belalai dan proyek dua batang kokoh posterior yang memasok tubuh. Masing-masing batang ini dikelilingi oleh otot, dan saraf-otot ini kompleks disebut retinakulum. Pada pria setidaknya juga ada kelamin ganglion. Beberapa tersebar papila mungkin mungkin rasa-organ.
v Sistem Reproduksi
Ada sebuah struktur yang disebut ligamentum kelamin yang membentang dari ujung posterior sarung belalai ke ujung posterior dari tubuh. Pada pria, dua testis terletak di kedua sisi ini. Each opens in a vas deferens which bears three diverticula or vesiculae seminales . Setiap akan terbuka dalam vas deferens yang beruang tiga divertikula atau vesiculae seminales. Laki-laki juga memiliki tiga pasang kelenjar semen, ditemukan di belakang testis, yang menuangkan sekresi mereka melalui saluran ke vasa deferentia. Ini bersatu dan berakhir pada sebuah penis yang membuka posterior.
Pada wanita, di ovarium ditemukan, seperti testis, seperti tubuh bulat sepanjang ligamentum. Dari massa ovum pecah ke rongga tubuh dan mengapung dalam cairan. Di sini telur dibuahi dan segmen muda sehingga embrio yang terbentuk di dalam tubuh ibu mereka. Embrio melarikan diri ke dalam rahim melalui rahim bel, seperti membuka saluran terus-menerus dengan rahim. Di persimpangan bel dan rahim ada lubang kecil kedua terletak dorsal. Bel "menelan" embrio yang matang dan melewati mereka di dalam rahim, dan dari sana, keluar dari tubuh melalui saluran telur. Bel harus menelan salah satu ovum, atau bahkan salah satu embrio yang lebih muda, ini berlalu kembali ke dalam rongga tubuh melalui kedua, dorsal, membuka.
Embrio melewati dari tubuh perempuan ke saluran pencernaan dan daun host ini dengan kotoran.
Siklus hidup
Siklus hidup
Acanthocephalans memiliki siklus hidup yang kompleks, yang melibatkan sejumlah host, baik untuk perkembangan dan beristirahat tahap. Siklus hidup lengkap telah disusun untuk hanya 25 spesies. Setelah dikeluarkan oleh betina, yang embrio acanthocephalan dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari tuan rumah. Untuk pembangunan terjadi, embrio harus ditelan oleh invertebrata, hampir selalu merupakan Crustacea (ada satu siklus hidup dikenal yang menggunakan moluska sebagai tuan rumah menengah pertama).
Di dalam intermediate host, acanthocephalan menembus dinding usus, bergerak ke dalam rongga tubuh, encysts, dan mulai transformasi ke tahap cystacanth infektif. Bentuk ini memiliki semua organ-organ reproduksi dewasa yang menyelamatkan. Ini dapat oleh tuan rumah terakhir yang sesuai, dalam hal ini cystacanth berkembang menjadi dewasa, atau oleh paratenic tuan rumah, di mana lagi parasit bentuk kista. dengan belalai dan menembus dinding usus. Cacing dewasa kemudian pasangan. Laki-laki menggunakan ekskresi dari kelenjar semen untuk pasang vagina dari perempuan, mencegah dari perkawinan berikutnya terjadi. Embrio berkembang di dalam wanita, dan siklus hidup berulang.
Title : Materi filum Nemathelminthes
Description : Filum Nemathelminthes A. Pengertian Nemathelminthes Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut se...
Description : Filum Nemathelminthes A. Pengertian Nemathelminthes Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut se...
0 Response to "Materi filum Nemathelminthes"
Post a Comment
Panduan berkomentar :
1. Berkomentarlah sesuai topik artikel
2. Dilarang komentar SPAM
3. Check list notify me untuk mendapat pemberitahuan balasan komentar anda