PANDANGAN HARUN YAHYA TERHADAP TEORI EVOLUSI

Latar Belakang Harun Yahya - Harun Yahya adalah nama samaran Adnan Oktar. Adnan lahir di Ankara, Turki pada tahun 1956. Ia banyak menulis tentang masalah politik dan agama. Sejumlah besar karyanya berbicara tentang cara pandang dan ideology materialistis yang berpengaruh terhadap sejarah dan perpolitikan dunia. Adnan memulai perjuangan intelektualnya sejak tahun 1979 ketika menuntut ilmu di Akademi Seni, Universitas Mimar Sinan. Selama menuntut ilmu, ia banyak mendalami berbagai filsafat dan ideology materialistis yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar.
Adnan juga banyak menulis tentang teori evolusi, Darwinisme, dan keruntuhan teori evolusi. Menurut majalah New Scientist edisi April 2000, ia dijuluki “pahlawan dunia” yang telah membongkar kebohongan teori evolusi. Di samping itu, Adnan jugabanyak menulis tentang Zionisme serta ratusan buku yang mengulas masalah akhlaq dalam Al-Qur’an dan bahasan-bahasan lain yang berhubungan dengan akidah Islam.
Buku-buku karya Adnan yang berkaitan dengan masalah evolusi antara lain Bencana Kemanusiaan Akibat Ulah Darwinisme, Kebohongan Teori Evolusi, Pengakuan Kaum Evolusionis, Sihir Darwinisme, Agama Darwinisme, Al-Qur’an menuntun kepada Ilmu Pengetahuan, Asal-usul Kehidupan yang Sesungguhnya, Penciptaan Alam Semesta, Anakku Darwin telah Berbohong!, Berakhirnya Darwinisme, Keajaiban Penciptaan Tumbuhan, Keruntuhan Teori Evolusi, Keruntuhan Materialisme, Berakhirnya Materialisme, Kekeliruan Kaum Evolusionis I, Kekeliruan Kaum Evolusionis II, Mikrobiologi Meruntuhkan Evolusi, Fakta Penciptaan, 20 Pertanyaan yang Meruntuhkan Teori Evolusi, Kebohongan Terbesar dalam Sejarah Biologi : Darwinisme. Karya Adnan Oktar banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, antara lain Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Arab, Portugis, Albania, Bosnia, Polandia, Urdu, Melayu, Indonesia.
Semua karya Adnan menggunakan nama pena Harun Yahya disampaikan berlandaskan ajaran Al-Qur’an. Topic-topik dalam bukunya disampaikan dengan bahasa lugas dan jelas. Buku-bukunya juga menyampaikan dakwah keimanan tentang keesaan Allah dan berisi nasehat dan peringatan. Tujuan Harun Yahya agar kaum Muslimin dapat meningkatkan ketaqwaan dan merangsang kemampuan berfikir secara mendalam.

Pandangan Harun Yahya terhadap MaterialismeAdnan Oktar mengatakan teori evolusi dan Darwinisme tidak hanya sekedar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian manusia. Filsafat tersebut adalah materialism. Aliran filsafat ini mengajarkan bahwa tidak ada sesuatupun selain materi, dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Materialisme mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Menurut Adnan Oktar, dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, menjadikan manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Hal ini menjadi awal bencana yang menimpa hidup manusia.
Ajaran materialism tidak hanya merusak pada individu, tetapi juga meruntuhkan nilai-nilai dasar suatu negara dan masyarakat dan menciptakan sebuah masyarakat tanpa jiwa dan rasa sensitive karena hanya mempertimbangkan aspek materi. Suatu masyarakat dengan sifat di atas, tidak akan pernah memiliki idealism seperti patriotism, cinta bangsa, keadilan, loyalitas, kejujuran, pengorbanan, kehormatan, atau moral yang baik.
Materialism juga menjadi pondasi ideology komunis, atau sebagai konsekuensi politis dari filsafat materialism. Menurut Adnan Oktar, teori evolusi menjadi semacam landasan ilmiah bagi materialism, dasar pijakan ideology komunis. Oktar menamakan orang yang fanatic mempertahankan pandangan tentang evolusi dinamakan “evolusionis”.
Filsafat materialism memiliki keyakinan bahwa materi bersifat kekal. Teori evolusi menjadi semacam “pondasi ilmiah” filsafat tersebut, sehingga dibela secara membabi buta. Pendekatan yang digunakan materialism dogmatis adalah melarang pengakuan terhadap Pencipta yang Maha Agung. Sudut pandangan materialism dogmatis menjadi penyebab orang menjadi ateis. Menurut Oktar banyak orang telah diindoktrinasi sedemikian gencar kebenaran teori evolusi sehingga tidak menyadari penyimpangan yang ada. Indoktrinasi ini disebarkan secara meluas melalui media massa, sumber akademis, dan “wahana” ilmiah yang lain.

Tentang Buku Keruntuhan Teori EvolusiBuku Keruntuhan Teori Evolusi adalah salah satu karya Harun Yahya yang membahas secara komprehensif teori evolusi dengan analisis yang  melawanpaham filsafat materialism. Dalam buku tersebut ia berusaha menggambarkan secara gambling bukti penemuan ilmiah modern yang menunjukkan kebohongan teori evolusi yang direkayasa Darwin dan dipertahankan secara mati-matian oleh pembelanya yang kata Adnan Oktar dengan bungkus keilmiahan. Kata Adnan, pendukung teori evolusi telah melakukan kebohongan, kepalsuan, penipuan, pemutarbalikan interpretasi atas fakta-fakta ilmiah teori evolusi.
Buku tentang keruntuhan teori Darwin berusaha menyingkap apa sebenarnya Darwinisme. Tujuannya adalah memberikan gagasan umum kepada orang tentang ketidaksahihan teori evolusi. Buku tersebut juga menunjukkan kebuntuan yang dihadapi evolusionis dan evolusi hanya merupakan scenario khayalan dan fiktif semata. Buku ini juga membantah secara ”ilmiah” tentang teori evolusi yang seolah merupakan fakta ilmiah dan seolah menolak penciptaan, sekaligus keberadaan Allah. Dan pada gilirannya dapat menciptakan generasi yang terlepas dari nilai-nilai agama, moral, dan kebangsaan.
Setelah membaca bukunya tersebut diharapkan oleh Adnan Oktar, pembaca dapat memikul tanggung jawab penting. Termasuk orang yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang Darwinisme dan dapat mengapresiasi secara seksama serta wawasan luas tentang teori evolusi. Hal ini termasuk pembaca yang tidak memiliki latar belakang keilmuan tentang evolusi sama sekali.
Buku karya Oktar ini mencoba menghadang Darwinisme sebagai aliran utama intelektual evolusionis. Isi buku juga mengharap dapat menghadang ideology yang merusak seperti materialism, komunisme, Marxisme, rasisme, terorisme, dan separatism. Buku ini mengungkap ketidaksahihan teori evolusi dan semua ideology yang mendukungnya.
Buku karya Oktar ini merupakan bagian dari seri buku dan brosur tentang Darwinisme dan teori evolusi. Buku ini menurut Oktarmerupakan buku referensi bagi setiap orang yang ingin mengungkap wajah asli Darwinisme. Kontribusinya yang awal dan paling sederhana menyebarkan fakta-fakta ilmiah yang melumpuhkan teori evolusi ada setiap lapisan masyarakat. Di samping itu, diharapkan masyarakat dapat mengetahui ancaman dari teori evolusi. Buku ini juga mengharap setiap pembacanya dapat menceritakan kepada orang lain agar mereka membaca dan mempelajarinya.

Mekanisme Khayalan Teori EvolusiTeori evolusi menurut Harun Yahya merupakan buah filsafat materialism yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat materialism kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Paham materialism berusaha menjelaskan alam semesta melalui factor-faktor materi. Karena menolak paham penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup maupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan, tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Tetapi, akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yang mengatur di manapun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia, memunculkan teori evolusi pada pertengahan abad 19, demikian menurut Adnan Oktar.
Menurut Adnan, teori evolusi yang disampaikan di atas adalah khayalan Darwin. Darwin menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasarkan konsep adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
Hipotesis Darwin, menurut Adnan tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apapun; tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka pada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan  terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama dan menjadi berbeda dengan nenek moyangnya. Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini.
Darwin menamakan proses di atas dengan evolusi melalui seleksi alam. Ia mengira telah menemukan asal-usul spesies artinya suatu spesies berasal dari spesies yang lain. Darwin juga menyadari bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Kesulitan yang dihadapi terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup, misalnya mata yang tidak dapat dijelaskan secara kebetulan dan naluri makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi kelak oleh penemuan-penemuan berikutnya.
Pada saat teori evolusi Darwin mengalami kendala-kendala, orang mulai berpaling pada teori genetika Mendel yang telah hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Teori ini tidak banyak dikenal orang sampai akhir abad ke-19. Teori genetika ini menjadi salah satu kelemahan mendasar teori Darwin. Perkembangan ini membuat teori Darwin dalam keranjang sampah sejarah, menurut Harun Yahya. Namun kemudian   lanjutan Adnan, ada kelompok tertentu yang berusaha keras merevisi, memperbaharui, dan mengangkat kembali teori Darwin pada kedudukan ilmiah.
Masih menurut Harun Yahya, walaupun teori Darwin telah jatuh karena genetika, ada sekelompok ilmuwan yang mencari jalan keluar kendala ini. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan Geological Society of America pada tahun 1941. Para tokoh tersebut antara lain G. Ledyard Stebbins (ahli genetika), Theodosius Dobzhansky (ahli genetika), Ernst Mayr dan Julian Huxley (ahli zoology), George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen (ahli paleontology), Ronald Fisher dan Sewall Right (ahli genetika matematika), akhirnya telah berhasil menambal sulam Darwinisme.
Perbaikan dan revisi teori Darwin tidak hanya bertumpu pada seleksi alam, tetapi yang menjadi penyebab evolusi organic adalah asal-usul variasi. Hal ini adalah suatu masalah yang tidak mampu dijelaskan oleh Darwin. Salah satu penyebab variasi menurut mereka adalah mutasi secara acak. Mereka menamakan teori baru ini sebagai teori evolusi sintesis modern yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Teori ini kemudian dikenal dengan Neo-Darwinisme.
Pada perkembangan selanjutnya, Neo-Darwinisme mendapatkan tantangan untuk membuktikan bahwa mutasi berarti kecelakaan yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup dan selalu membahayakan. Teori baru ini berupaya memberikan contoh bahwa mutasi yang menguntungkan terjadi pada makhluk hidup. Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk-makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi primitif. Memang eksperimen yang membuktikan bahwa kehidupan dimunculkan secara kebetulan menemui kegagalan. Lain lagi masalahnya, kondisi bumi primitif tidak dapat “direka ulang” oleh kondisi laboratorium sekarang ini.
Menurut Adnan Oktar, teori Neo-Darwinisme ditumbangkan oleh catatan fosil. Menurut argumen Harun Yahya, belum pernah ditemukan bentuk fosil-fosil transisi dan spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, dan tidak mungkin menjadi nenek moyang keturunannya.
Menurut Harun Yahya, Neo-Darwinisme tidak pernah menjadi teori ilmiah, tetapi merupakan sebuah dogma ideologis. Dalam perkembangannya, pada awal tahun 1970-an, Neo-Darwinisme mendapatkan model teori baru lagi yakni “punctuated equilibrium”. Model ini menolak gagasan tentang evolusi terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Tetapi, menurut model ini, evolusi terjadi dalam loncatan besar yang diskontinu. Tokoh dari model teori baru ini ahli paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould. Menurutnya, fosil-fosil makhluk hidup tidak berasal dari evolusi secara bertahap, tetapi muncul secara tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Model ini juga menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil variasi kecil, tetapi dalam perubahan besar secara tiba-tiba.
Masih menurut Harun Yahya, bahwa skenario evolusi baik itu Neo-Darwinisme, punctuated equilibrium hanya merupakan dongeng belaka. Di samping itu, hanya merupakan kebohongan besar yang sama sekali bertentangan dengan dunia nyata. Dan usaha-usaha untuk mempertahankan teori tersebut menjadi mustahil.

Catatan Fosil Membantah Evolusi

Menurut Harun Yahya catatan fosil tidak dapat digunakan sebagai petunjuk evolusi, karena tidak ditemukan spesies peralihan selama periode perubahan panjang tersebut. Sehingga apa yang dikatakan teori evolusi yakni adanya perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun menjadi nihil. Jika hewan-hewan peralihan memang ada, maka seharusnya mereka muncul dalam jumlah dan variasi yang sangat banyak.
Darwin sendiri dalam “The Origin of Species” mengatakan bahwa ia sadar ketiadaan bentuk-bentuk makhluk peralihan tersbut. Ia berharap bentuk-bentuk peralihan tersebut ditemukan kelak di masa mendatang. Namun juga dikatakan oleh Darwin bahwa termasuk rintangan utama teorinya adalah bentuk-bentuk peralihan. Darwin mengatakan bahwa catatan fosil yang telah ditemukan hingga kini belum memadai. Ia menegaskan bahwa jika catatan fosil dipelajari secara terperinci, mata rantai yang hilang suatu kelak dapat ditemukan.
Para pendukung teori Darwin telah mencari dan berusaha melakukan penggalian mencari mata rantai yang hilang. Menurut Oktar, walaupun mereka telah bekerja keras, tak satupun bentuk fosil transisi mereka temukan. Menurut Harun Yahya, semua fosil ditemukan justru membuktikan bahwa kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang telah lengkap. Usaha mereka untuk membuktikan teori evolusi justru tanpa sengaja meruntuhkan teori evolusi. Menurut Mark Czarnecki, dalam Harun Yahya, berkomentar : “ kendala utama dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah catatan fosil; jejak spesies-spesies yang terawetkan dalam lapisan bumi. Catatan fosil belum pernah mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan Darwin, sebaliknya spesies muncul dan musnah secara tiba-tiba. Hal ini menunjukkan bahwa Harun Yahya sebagai pengikut ajaran kreasionis yang mengatakan bahwa setiap spesies diciptakan oleh Tuhan secara sendiri-sendiri.
Ketika lapisan bumi dan catatan fosil dipelajari, terlihat bahwa semua makhluk hidup muncul bersamaan. Catatan yang mana? Lapisan bumi tertua tempat fosil-fosil makhluk hidup ditemukan adalah Kambrium. Periode lainnya bagaimana tidak dibahas Harun Yahya. Makhluk hidup yang ditemukan pada slapisan bumi periode Kambrium muncul secara tiba-tiba, tidak ada nenek moyang yang hidup sebelumnya. Fosil-fosil dalam batuan Kambrium berasal dari siput, trilobita, bunga karang, cacing tanah, ubur-ubur, landak laut dan invertebrata kompleks lainnya. Beragam makhluk hidup yang kompleks muncul begitu tiba-tiba sehingga mereka menyebut sebagai Ledakan Kambrium.
Sebagian besar bentuk kehidupan yang ditemukan periode Kambrium telah memiliki sistem kompleks seperti mata, insang, sistem peredaran darah, dan struktur fisiologis yang maju yang tidak berbeda dengan kerabat yang modern. Misalnya, struktur mata pada trilobita. Sedangkan binatang invertebrata kompleks muncul secara tiba-tiba dan sempurna tanpa memiliki kaitan atau bentuk transisi apapun dengan organisme bersel satu yang merupakan satu-satunya bentuk kehidupan di bumi sebelum mereka.
Bagaimana menjelaskan bahwa bumi ini dipenuhi berbagai jenis binatang secara tiba-tiba dan bagaimana spesies berbeda-beda ini muncul tanpa nenek moyang yang sama adalah pertanyaan yang belum terjawab pendukung evolusi maupun penentang evolusi. Beberapa ahli mengatakan bahwa Ledakan Kambrium adalah bukti kuat adanya penciptaan, karena menurutnya penciptaan adalah satu-satunya penjelasan mengenai kemunculan bentuk-bentuk kehidupan sempurna secara tiba-tiba di bumi ini.
Douglas Futuyma mengatakan organisme muncul di muka bumi dengan dua kemungkinan, yakni dalam bentuk tidak sempurna atau telah sempurna. Jika muncul dalam bentuk tidak sempurna, mereka pasti telah berkembang dari spesies yang telah ada sebelumnya melalui proses modifikasi. Jika mereka muncul dalam keadaan telah berkembang sempurna, mereka pasti telah diciptakan oleh suatu kecerdasan dan kekuasaan tak terbatas. Darwin sendiri menyadari kemungkinan ini dalam tulisannya yakni : “jika banyak spesies benar-benar muncul dalam kehidupan secara serempak dari genera atau famili-famili yang sama, fakta ini akan berakibat fatal bagi teori penurunan dengan modifikasi perlahan-lahan melalui seleksi alam”. Jadi, menurut Harun Yahya, catatan fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup tidak berevolusi dari bentuk primitif ke bentuk yang lebih maju, tetapi muncul secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang telah sempurna. Ringkasnya, makhluk hidup tidak muncul melalui evolusi, tetapi diciptakan.

Dongeng tentang Transisi dari Air ke DaratHarun Yahya menulis bahwa transisi kehidupan dari air ke darat merupakan dongeng berarti hanya suatu khayalan semata. Harun Yahya melihat dan menganalisis dari periode Kambrium semata. Teori evolusi mengasumsikan hewan invertebrata laut yang muncul pada periode Kambrium berevolusi menjadi ikan dalam waktu jutaan tahun. Tetapi kata Harun, hewan invertebrata ini tidak memiliki nenek moyangdan tidak ditemukan mata rantai transisi yang menunjukkan bahwa evolusi terjadi antara jenis-jenis invertebrata ini dengan ikan. Hal ini dengan alasan, invertebrata dan ikan memiliki perbedaan struktur yang sangat besar. Invertebrata memiliki jaringan keras di luar tubuhnya. Sedangkan ikan invertebrata dengan jaringan keras di dalam tubuh. Dan seharusnya ada bentuk-bentuk transisi antara invertebrata dengan ikan yang ditemukan.
Teori evolusi juga mengatakan bahwa ikan berevolusi dari invertebrata, kemudian berevolusi menjadi amfibia. Menurut Oktar, hal ini tidak memiliki bukti. Katanya, tidak ada satupun fosil yang menunjukkan bahwa pernah ada bentuk makhluk separuh ikan separuh amfibia. Mereka memberikan contoh bahwa katak, salamander, dan caecilian yang paling tua mirip dengan keturunan mereka yang masih hidup.
Ada bentuk peralihan antara invertebrata dengan ikan. Makhluk ini dinamakan Coelocanth. Hal ini karena memiliki bentuk transisi dengan paru-paru primitif, otak yang masih berkembang, sistem pencernaan dan peredaran darah yang telah berkembang, sistem pencernaan dan peredaran darah yang siap berfungsi di darat dan bahkan mekanisme berjalan primitif. Kata Harun, penafsiran anatomis ini tidak diperdebatkan lagi di kalangan ilmuwan hingga akhir tahun 1930-an. Makhluk ini dianggap sebagai bentuk peralihan sesungguhnya yang membuktikan evolusioner dari air ke darat.
Tetapi menurut Harun Yahya, pernah ditemukan di samudera India tahun 1938 salah satu famili Coelocanth yang sebelumnya diajukan sebagai bentuk transisi yang pernah punah pada tahun-tahun berikutnya berhasil ditangkap 200 ekor Coelocanth di berbagai penjuru dunia. Coelocanth tidak memiliki paru-paru primitif dan tidak pula otak yang besar. Menurutnya, Coelocanth yang dianggap calon reptil pada kenyataannya adalah ikan yang hidup di dasar samudera.
Data lain yang melemahkan teori evolusi bahwa tidak ada perbedaan antara fosil penyu dengan anggota penyu spesies yang hidup pada masa kini. Penyu sebagai salah satu spesies reptil menunjukkan muncul secara tiba-tiba, sudah dengan tempurungnya yang unik. Hal ini karena pada zaman Trias anggota-anggota kelompok penyu telah banyak jumlahnya dan memiliki karakteristik dasar penyu. Dikatakan bahwa mata rantai antara penyu dan Cotylosaurus, nenek moyang hipotetis penyu hampir tidak ada sama sekali. Sehingga dikatakan secara ringkas, penyu tidak pernah berevolusi, mereka tetap penyu karena diciptakan telah berbentuk seperti itu.

Tentang Penipuan-penipuan EvolusiPenipuan ini lebih terfokus pada evolusi manusia. Dianggap oleh Harun Yahya bahwa tidak ada bukti yang mendukung manusia kera. Dianggapnya evolusionis (penganut paham evolusi) hanya membuat makhluk-makhluk khayalan. Mereka memiliki masalah serius karena tidak atau belum ditemukan fosil-fosil yang cocok dengan gambar-gambar. Salah satu metode menarik yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah ini adalah membuat fosil-fosil yang tidak dapat mereka temukan. Mereka memberikan contoh manusia Piltdown.
Manusia Piltdown ditemukan Charles Dawson seorang ahli paleoanthropologi, tahun 1912 di Piltdown, Inggris. Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang dan fragmen tengkorak. Tulang rahang tersebut mirip tulang rahang kera, tetapi gigi dan tengkorak seperti milik manusia. Fosil ini diduga berusia 500 ribu tahun dan dianggap sebagai bukti evolusi manusia. Tidak kurang 500 tesis doktor ditulis mengenai ini.
Kenneth Oakley dari Departemen Paleoanthropologi British Museum tahun 1949 mengadakan uji ulang dengan metode “pengujian fluorin”. Dengan uji ini hasilnya sungguh mengejutkan bahwa tulang rahang manusia Piltdown tidak mengandung fluorin. Hal ini menunjukkan umurnya yang masih muda. Sedangkan tengkoraknya yang hanya mengandung sejumlah kecil fluorin menunjukkan usianya hanya beberapa tahun. Dalam penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain, menunjukkan fosilnya hanya berupa imitasi sederhana yang telah diasah dengan peralatan baja. Menurut Weiner, pemalsuan fosil diumumkan tahun 1953 dan hasilnya adalah tengkorak tersebut milik manusia yang berusia 500 tahun dan tulang rahangnya milik kera yang baru saja mati. Dengan adanya ini kemudian manusia Piltdown disingkirkan sebagai bukti evolusi manusia.
Kasus lain, tahun 1922 Henry Fairfield Osborn, manajer American Museum of Natural History, mengumumkan ia telah menemukan sebuah fosil gigi geraham yang berasal dari periode Pliosin, di Nebraska Barat. Gigi geraham ini dinyatakan memiliki karakteristik gigi manusia dan gigi kera. Sebagian orang menafsirkan gigi ini berasal dari Pithecanthropus erectus, sedangkan yang lain menyatakan gigi tersebut lebih menyerupai gigi manusia. Fosil ini kemudian dinamakan Hesperopthecus haroldocooki. Menurut Harun Yahya, rekonstruksi tersebut hanya berdasarkan gigi geraham saja. Tahun 1927, bagian lain kerangka ditemukan tetapi ternyata bukan milik manusia atau kera tetapi milik babi liar Amerika yang telah punah.
Kasus lainnya, setelah Darwin mengemukakan dalam buku keduanya “The Descent of Man”, kemudian ada upaya mencari fosil pendukung argumentasinya. Menurut Harun Yahya, pencarian mata rantai transisi yang masih hidup menghasilkan kajian yang memilukan dan biadab. Hal ini karena menimpa seorang suku Pigmi bernama Ota Benga.
Ota Benga konon ditangkap tahun 1904 oleh pendukung evolusi di Kongo. Ota memiliki seorang isteri dan dua orang anak. Dengan dirantai dan dikurung seperti binatang, ia dibawa ke Amerika Serikat. Ota dipamerkan pada Pekan Raya Dunia di st. Loius bersama spesies kera lainnya dan ia diperkenalkan sebagai mata “mata rantai transisi terdekat dengan manusia”. Dua tahun kemudian Ota dibawa kekebun binatang Bronx di New York. Ia dipamerkan sebagai nenek moyang manusia, bersama simpanse, gorilla, dan orang utan. Tidak tahan dengan perlakuan ini kemudian Ota konon akhirnya bunuh diri.

Tentang Evolusi Manusia  
Menurut Harun Yahya, dikatakan bahwa di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Makhluk hidup muncul bukan akibat peruses evolusi, melainkan secara tiba-tibadalam bentuk sempurna. Mereka diciptakan sendiri-sendiri. Sehingga menurut Oktar, evolusi manusia merupakan kisah yang tak pernah terjadi dan hanya merupakan dongeng. 

Menurut Oktar, sepanjang sejarah, telah hidup lebih dari 6.000 spesies kera dan kebanyakan dari mereka telah punah. Sekarang diperkirakan hanya 120 spesies kera yang masih hidup. Menurut penentang teoro evolusi, sejumlah besar kera ini, merupakan sumber yang kaya bagi pendukung evolusi. 

Pendukung evolusi menulis, dalam bahasa Oktar Adnan skenarioevolusi manusia dengan menyusun sejumlah tengkorak yang cocok dengan tujuan mereka. Menurutnya, manusia dan kera modern  memiliki nenek moyang yang sama. Nenek moyang itu berevolusi sejalan dengan waktu. Sebagian dari mereka menjadi kera modern, sedangkan kelompok lainnya berevolusi melalui jalur yang berbeda, menjadi manusia masa kini. 

Semua temuan paleontology, anatomi, dan biologi menunjukkan bahwa pernyataan evolusi ini fiktif dan tidak sahih seperti pernyataan evolusi lainnya. Tidak ada bukti yang kuat menunjukkan kekerabatan manusia dan kera. Menurut Harun Yahya, yang ada hanya pemalsuan, penyimpangan, gambar-gambar, dan komentar-komentar menyesatkan. Dari cacatan fosil menunjukkan bahwa sepanjang sejarah, manusia tetap manusia, kera tetap kera. Selain itu, banyak orang-orang pada kini memiliki penampilan dan karakteristik fisik yang sama dengan ras manusia yang punah, yang dinyatakan pendukung evolusi sebagai nenek moyang manusia. Semua ini adalah bukti yang nyata bahwa manusia tidak pernah mengalami proses evolusi sepanjang sejarah.
Silsilah Imajiner Manusia Darwinisme mengatakan manusia hasil evolusi dari makhluk serupa kera. Menurutnya, selama proses evolusi  terdapat bentuk antara manusia dengan nenek moyangnya. Menurutnya, scenario yang yang dikembangkan terdapat empat katagori besar, yakni Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus, dan Homo sapiens. 
Menurut Harun Yahya, teori evolusi menyebut nenek moyang manusia pertama dan kera sebagian Australopithecus, yang berarti “kera dari Afrika Selatan”. Australopithecus hanyalah spesies kera kuno yang telah punah dan memiliki beragam tipe. Kemudia tahapan berikutnya, sebagai homo yang berarti manusia. Makhluk hidup dalam kelompok Homo lebih berkembang dari pada Australopithecus, dan tidak terlalu berbeda dengan manusia modern. Manusia modern di zaman kita, Homo sapiens dikatakan terbentuk pada tahapan akhir evolusi.

Menurut Harun sejumlah kandidat bentuk transisi dari masa lampau, seperti Ramapithecus hanya kera biasa. Dengan menyusun rantai hubungan mulai Australopithecus ke Homo Habilis, ke Homo erectus, dan kemudian homo sapiens. Pendukung teori evolusi menyatakan masing-masing spesies adalah nenek moyang spesies yang lainnya. Menurut Oktar, temuan ahli antropologi mengungkapkan spesies tersebut hidup di belahan bumi berbeda pada masa yang sama.
Kontroversi Tentang Evolusi Australopithecus
Menurut Harun Yahya Australopithecus dikatakan hanyalah sebagi spesies kera biasa.  Australopithecus adalah kera dari selatan, yang diduga muncul di Afrika sekitar 4 juta tahun yang lalu dan hidup hingga 1 juta tahun lalu. Australopithecus memeliki beberapa kelas. Pendukung evolusi berasumsi bahwa spesies Australopithecus tertua adalah A. afarensis. Setelah itu muncul A. africanus, yang memiliki kerangka lebih ramping. Dan kemudian A. robustus, yang memiliki kerangka lebih besar. Kemudian A. boisei, sejumlah peneliti menganggapnya spesies yang berbeda dan sebagian menggolongkan sub spesies dari A. robustus. 

Menurut Harun Yahya, semua spesies Australopithecus adalah kera yang sudah punah dan menyerupai kera masa kini. Ukuran tengkorak mereka sama lebih kecil dari simpanse yang hidup pada masa sekarang. Mereka bertubuh pendek ( maksimum 130 cm) dan seperti simpanse masa kini. Australopithecus jantan lebih besar dari Australopithecus betina. Banyak karakteristik seperti tengkorak, kedekatan kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang, lengang panjang, kaki yang pendek merupakan bukti bahwa makhluk hidup ini tidak berbeda dengan dengan zaman sekarang.

Pendukung teori evolusi menyatakan meskipun Australopithecus memiliki anatomi kera, mereka berjalan tegak seperti manusia dan bukan seperti kera. Menurut Harun Yahya, makhluk tersebut tidak bipedal, tetapi bergerak seperti kera pada masa kini. Tahun 1994, sebuah tim Universitas Liverpool Inggris menyatakan bahwa Australopithecus tidak memiliki kekerabatan dengan manusia dan makhluk tersebut hanyalah spesies kera yang telah punah.

Tahap Evolusi Homo Habilis  
Menurut Harun Yahya, homo habilis adalah kera yang dinyatakan sebagai manusia. Hal ini berkaitan dangan kemiripan struktur kerangka dan tengkorak Australopithecus dengan simpanse dan penolakan terhadap penolakan terhadap pernyataan bahwa makhluk berjalan tegak, menyudutkan teori evolusi. Karena, menurut asumsi mereka, Homo erectus muncul setelah Australopithecus. Ukuran tengkorak lebih dari pada Australopithecus. Peralihan Australopithecus ke Homo erectus, ada kesulitan, oleh karena itu diperlukan mata rantai yang transisi. Spesies yang dianggap sebagai bentuk transisi ini adalah Homo habilis.

Homo habilis dikelompokkan oleh Leakey tahun 1960-an, yang berarti manusia yang mampu menggunakan alat. Leakey mengatakan fosil yang ditemukan dinamai Homo habilis mempunyai kapasitas tengkorak relative besar, kemampuan berjallan tegak, dan menggunakan peralatan dari batu kayu. Karena itu, mungkin saja fosil itu adalah nenek moyang manusia.

Penemuan fosil berikutnya, tahun 1980-an oleh Bernerd Wood dan C. Loring Brace mengklaim bahwa Homo habilis termasuk kera biasa. Penelitian berikutnya kata Harun Yahya menguatkan dugaan bahwa Homo habilis tidak berbeda dengan Australopithecus. Hal ini dengan ditemukannya fosil tengkorak dan kerangka OH26 oleh Tim White yang menurut dia menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki kapasitas tengkorak kecil, lengan panjang, dan kaki pendek; sehingga memungkinkan memanjat pohon, tidak berbeda dengan kera modern. Demikian juga menurut analisis ahli anthropologi Amerika, Holly Smith, 1994 mengatakan bahwa Homo habilis bukan Homo (manusia), tetapi kera.
Evolusi Homo erectus 
Homo erectus artinya adalah manusia yang berjalan tegak. Ciri-ciri makhluk jenis ini adalah ukuran tengkorak (900-1.100 cc), tonjolan alis tebal. Fosil yang memperkuat Homo erectus adalah manusia Peking dan manusia jawa. Menurut Harun Yahya, manusia Peking terdiri dari beberapa bagian terbuat dari plester untuk menggantikan bagian yang asli rusak dan manusia jawa “tersusun” atas fragmen-fragmen tengkorak, ditambah dengan tulang panggul yang ditemukan disekitarnya, tanpa ada indikasi tulang tersebut berasal dari satu mahluk hidup yang sama.
Menurut Harun Yahya banyak spesimen Homo erectus yang ditemukan di Afrika adalah fosil anak lelaki suku Turkana berusia 12 tahun dengan tinggi 1,83 meter. Demikian juga menurut William Laughlin dia mengatakan Homo erectus mirip secara anatomis dengan orang-orang suku inuit yang hidup dikepulauan Aleut. Sehingga dia menyimpulkan Homo erectus adalah variasi manusia modern (Homo sapiens). Harun Yahya menyimpulkan manusia muncul secara tiba-tiba dalam catatan fosil dan tanpa sejarah evolusi apapun, dengan kata lain langsung diciptakan Tuhan secara langsung (tiba-tiba).
Evolusi Manusia Hanyalah Fiksi Belaka    
Menurut Harun Yahya, asumsi tentang evolusi manusia hanyalah fiksi. Agar seolah silsilah itu ada dibuat evolusi bertahap dari kera hingga manusia. Tetapi, ada jarak pemisahan sangat lebar antara kera dan manusia. Struktur kerangka, kapasitas tempurung kepala dan criteria lain seperti berjalan tegak atau sangat membungkuk yang membedakan manusia dank era. Temuan lain, membuktikan tidak mungkin ada silsilah keluarga diantara spesies yang berbedda-beda ini adalah spesies yang ditampilkan sebagai nenek moyang dan penerusnya ternyata hidup bersamaan.

Menurut Harun Yahya, fakta paling menarik dan penting yang menggugurkan landasan utama silsilah imajiner teori evolusi adalah sejarah manusia modern yang ternyata cukup tua. Ketika kontroversi hamper terlupakan, sebuah fosil ditemukan di spanyol tahun 1995, dengan sangat jelas menunjukkan sejarah Homo sapiens ternyata lebih tua dari pada yang diperkirakan. Fosil tersebut ditemukan ahli paleoantropology Spanyol dari Universitas Madrid. Fosil yang dietmukan adalah anak laki-laki berusia 11 tahun yang sepenuhnya tampak seperti manusia modern, dengan usia fosil 800.000 tahun. Hal ini ditulis dalam majalah Discover memuat rincian kisah tersebut Desember 1997. Menurut Oktar, denga penemuan ini pendukung evolusi menamai spesies ini sebagai Homo antecessor.

Penemuan lain, yang merunut asal usul manusia modern hingga 1,7 juta tahun yang lalu. Salah satu temuan adalah jejak kaki yang ditemukan di Laetoli, Tanzania oleh Mary Leakey tahun 1977. Jejak kaki ini ditemukan pada lapisan menurut perhitungan berusia 3,6 juta tahun. Jejak tersebut mirip kaki manusia modern.
Berdasarkan penemuan di atas, menurut Harun Yahya para pendukung evolusi menipu diri sendiri, karena bias mendapatkan fosil mereka akan membuat bentuk gambar rekaan dan model-model khayalan dan mencoba memberikan kesan bahwa fosil-fosil yang membuktikan teori teori evolusi benar-benar ada. Mereka ini berpandangan materialistis dengan mencoba menipu masyarakat dan menamkan kisah evolusi kea lam bawah sadar mereka. Harun menyimpulkan, manusia bukan muncul melalui proses evolusi, tetapi karena telah diciptakan oleh Allah.
Tentang kebutuhan Evolusi Molekuler 
Pada bahasan terdahulu telah disampaikan bahwa catatan fosil menggugurkan teori evolusi. Menurut Harun Yahya, hal tersebut tidak perlu dilakukan karena teori evolusi telah runtuh jauh sebelum orang menyodorkan bukti fosil. Hal ini juga berkaitan dengan pertanyaan bagaimana kehidupan berawal dari sebuah sel yang terbentuk secara kebetulan sekitar 4 milyar tahun yang lalu, dalam atmosfir bumi purba terdapat berbagai senyawa tidak hidup bereaksi, dibawah petir dan tekana menghasilkan sel hidup yang pertama.
Menurut Harun Yahya, pernyataan bahwa senyawa-senyawa anorganik dapat bergabung membentuk kehidupan sama sekali tidak ilmiah. Dan tidak didukung oleh eksperimen dan observasi. Kehidupan hanya muncul dari kehidupan. Setiap sel terbentuk dari replikasi sel lainnya. Tidak seorangpun di dunia pernah berhasil membentuk sel hidup dengan mencampurkan materi-materi anorganik, bahkan di laboratorium yang paling canggih sekalipun.   

Sel-sel makhluk hidup tidak dapat diproduksi dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi manusia. Apalagi prosesnya terjadi secara kebetulan dalam kondisi bumi purba. Tantangan untuk menjelaskan asal-asul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar yang dihadapi teori evolusi. Hal ini dengan alasan, molekul-molekul organik sangat kompleks dan pembentukannya tidak mungkin dapat dilakukan sebagai suatu kebetulan. Selain itu, sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan.
Tentang Kesimpulan bahwa Evolusi adalah Sebuah Kebohongan 
Beberapa bukti ilmiah, menurut Harun Yahya menggugurkan teori evolusi. Menurutnya, teori evolusi ditutup-tutupi dengan kedok ilmu pengetahuan. Teori evolusi hanya sebuah kebohongan, dan dipertahankan hanya untuk kepentingan fillsafat materialism. Kebohongan ini tidak berdasarkan ilmu pengetahuan tetapi berdasarkan pada pencucian otak, propaganda, dan penipuan.

Menurut Harun Yahya, para pendukung teori evolusi di anggap menyakini dongeng tentang evolusi. Padahal, mereka tidak mampu menjelaskan proses pembentukan satu protein pun. Hukum probabilitas, hokum fisika, dan kimia tidak memberikan peluang sama sekali bagi pembentukan kehidupan secara kebetulan. Masih menurut Harun, bila satu protein tidak dapat terbentuk secara kebetulan, tidak masuk akal jika jutaan protein menyatukan diri menjadi sel.  Lalu milyaran sel secara kebetulan menyatukan diri membentuk organ-organ hidup, selanjutnya membentuk ikan, kenudian ikan beralih ke darat menjadi reptile, dan akhirnya membentuk burung.

Evolusi dianggap sebagai sebuah keyakinan atau kepercayaan, karena mereka tidak memiliki bukti  satupun untuk cerita mereka. Belum ditemukan satu bentuk pun bentuk peralihan, seperti makhluk setengah ikan-setengah reptile, atau makhluk setengah reptile, atau makhluk setengah reptile-setengah burung. Mereka tidak mampu membuktikan bahwa satupun protein, atau bahkan satu molekul asam amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium mereka tidak berhasil membentuk protein. Sehingga dalam hal ini proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah terjadi di bumi.

Dengan adanya kenyataan di atas, para pendukung evolusi menghibur diri dengan khayalan bahwa suatu saat nanti, entah bagaimana caranya ilmu pengetahuan akan menjawab semua persoalan tersebut. Menurut Harun Yahya, mengharapkan ilmu pengetahuan membenarkkan pernyataan tersebut adalah hal yang mustahil, sampai kapan pun. Para pengganut evolusi memiliki rasa percaya diri yang berlebihan dalam menolak fakta penciptaan dan menyatakan kehidupan berasal dari kebetulan-kebetulan.

Tanggapan Umum terhadap Pandangan harun Yahya tentang evolusi
Derasnya informasi ilmu, termasuk evolusi mengharuskan kita dapat berpikir secara kritis, analitis, dan proposional. Salah satu informasi mengenai evolusi dari Harun Yahya, baik lewat media kaset, video, buku, dan sebagainya. Informasi tersebut secara umum mengatakan bahwa evolusi tidak ada. Semua makhluk hidup di ciptakan oleh Allah SWT.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar timbul keselarasan antara masalah ilmu, filsafat, dan agama, terutama tentang evolusi:
Kita tidak boleh menafikkan penemuan fosil, harus dianalisis secara keilmuan (metode ilmiah), bukan dengan filsafat. Teori keilmuan seharusnya dilawan dengan teori keilmuan. Kemungkinan memang ada fosil-fosil yang dipalsukan, tetapi tentunya tidak semua fosil dipalsukan, jika kita mengeneralisasi bahwa semua fosil palsu, maka fosil tidak ada artinya sama sekali dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama palaentologi.
Penentangan terhadap teori evolusi seharusnya selalu dihadapkan dengan teori keilmuan juga, tidak pandangan filsafat materialism. Teori keilmuan akan memiliki perbedaan sumber dan hasil akhirnya. Bila ilmu bersumber dari akal dan pancaindra, sedangkan pandangan filsafat hanya bersumber dari akal (ratio) saja disertai kajian serdikal-radikalnya (seakar-akarnya) sehingga menemukan hakikat.
Neo-Darwinisme tidak hanya mendasarkan pada mutasi dan seleksi alam sebagai penyebab variasi makhluk hidup, tetapi ada beberapa aggensia evolusi lainnya, yakni rekombinasi gen, genetic drift, dan gene flow. Penumbangan Neodarwinisme dengan alasan fosil tidak tepat, karena itu telah menjadi kekurangan teori Darwin abad 19 (Darwinisme), kelamahan utama Daarwinisme adalah berkaitan dengan genetika, dan ilmu ini baru dikemukakan kembali pada awal abad ke-20.
Kajian ilmiah harus mendasarkan pada metode ilmiah, salah satunya berdasarkan fakta atau data, bukan hanya berdasarkan wacana pemikiran filsafat saja, misalnya filsafat meterialisme.sehingga kita tidak dapt mengatakan suatu teori tidak ilmiah bila tidak dapat menunjukkan bahwa teori itu tidak berdasarkan metode ilmiah sebagai bangunan metode keilmuan (secara epistemologis).
Kita dapat mengatakan bahwa mutasi tidak berguna sama sekali pada evolusi. Kita harus ingat bahwa makanan atau bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari oleh umat manusia sebagai salah satu proses mutasi terhadap tanaman budidaya yang telah ada yang disengaja oleh manusia. Hasil proses mutasi tersebut telah kita gunakan setiap hari dan kemungkinan manusia bergantung sebagian kebutuhan dan kelangsungan hidupnya pada hasil proses mutasi tersebut dimasa sekarang dan masa mendatang.
Tidak semua mutasi berbahaya bagi manusia, karena mutasi digunakan untuk kepentingan hidup manusia memenuhi kebuthan sandang, pangan yang semakin lama makin tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia. Teknologi rekayasa genetika salah satunya dengan menggunakan teknik mutasi untuk menghasilkan kebutuhan hidup manusia. Mutasi dalam mekanisme evolusi sebagai salah satu agensia evolutif diantara agensia evolutif yang lainnya, jadi bukan satu-satunya penyebab evolusi.
Kita tidak dapat mengatakan makhluk hidup tidak mungkin berevolusi karena di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkannya. Di dunia tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, bila Tuhan berkehendak. Harus ditafsirkan juga berubah (berevolusi) dalam artian sesuatu yang sederhana menjadi yang lebih lebih kompleks atau dari belum ada wujudnya sama sekali menjadi ada. Bila kita mengatakan jagat raya sebagai salah satu kesatuan mengalami proses evolusi, sedangkan bumi beserta isinya, termasuk makhluk hidup sebagai bagian dari alam semesta tersebut harusnya secara logika juga harus mengalami evolusi. Tuhan tidak akan berkurang sifat KeMahaKuasa-Nya bila menciptakan makhluk-Nya dengan cara evolusi atau dengan cara penciptaan secara langsung. Ada pandangan seolah-olah bila Tuhan menciptakan makhluk-Nya secara evolusii, Tuhan tidak Maha Kuasa.
Tanggapan terhadap sesuatu teori bila berdasarkan pandangan filsafat tertentu yang berbeda, maka akan menghasilkan penafsiran yang berbeda juga. Hal ini dikarenakan fisafat bersumber dari akal saja dengan berpikir sedalam-dalamnya sehingga mendapatkan suatu hakikat, tanpa harus mengujinya secara empiris, sedangkan ilmu bersumber akal dan pancaindra.
Kita harus dapat mengemukakan temuan ilmiah dalam membantah temuan ilmiah. Kita dapat mengatakan suatu teori tidak berlaku lagi, bila kita menunjukkan bukti, fakta, atau data baru yang lebih akurat, komprehensif, dan menyeluruh. Kita tidak dapat mengatakan suatu teori gugur tanpa harus menunjukan fakta yang lebih akurat, apalagi hanya dengan kompilasi pemikiran saja. Bentuk operasi penolakan kebenaran ilmiah dapat dengan dua macam bentuk, yakni fakta baru yang menggugurkan kata yang ada, atau mengajukan penalaran baru berlandaskan fakta yang telah ada. Hal demikian wajar dalam penggeseran pemikiran ilmiah dalam sains dengan pijakan metode ilmiah.
Kita harus dapat membedakan antara pengertian evolusi, teori evolusi dan teori evolusi Darwin. Seolah-olah kalau kita berbicara masalah evolusi, maka yang dimaksud hanya teori evolusi Darwin. Pengertian evolusi mengacu kesemua perubahan yang terjadi secara gradual atau perlahan-lahan, apakah alam semesta, bintang, planet, bumi, makhluk hidup, atau apapun isi jagad raya ini.
Kita harus dapat membedakan ruang lingkup, kajian, dan batas-batas antara ilmu, filsafat, dan agama. Kebenaran suatu ilmu merupakan produk dari akal dan panca indra. Ruang lingkup kebenaran suatu ilmu sejauh mana dapat diuji oleh orang lain dengan hasil yang sama. Kebenaran dalam ilmu bersifat subyektif, relative dan tentative. Perbedaan kebenaran ilmu dan kebenaran filsafat dilalui dengan berfikir sedalm-dalamnya yang akhirnya menemukan hakikat. Sedangkan kebenaran menurut agama adalah kebenaran yang bersifat mutlak.

Tidak kalah penting dipahami dalam hal ini adalah  bahasa. Hal ini karena bahasa dalam ilmu, filsafat, dan agama berbeda. Bahasa yang digunakan dari agama seringkali tidak sama dengan bahasa ilmu dan filsafat. Misalnya pengertian “menciptakan” ada yang mengartikan berubah bentuk dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Tetapi ada yang memfasirkan dari tidak ada menjadi ada. Hal ini perlu kita sadari bahwa manusia sering berfikir anthrofomorfisme, artinya memberikan bentuk apapun pada diri manusia sendiri, baik itu makhluk hidup yang lain, bahkan Tuhan.
Kita sebagai ilmuan dan cendikiawan seharusnya menggunakan kata-kata yang santun. Hal ini karena dengan kata-kata kurang santun. Orang lain menjadi tidak simpati, malahan antipasti, walaupun yang kita katakana memang benar.

Kita tidak dapat membicarakan dan menentang evolusi hanya berlandaskan pandangan filsafat materialisme. Vitalisme secara umum mengatakan pada organisme hidup ada sesuatu non materi. Sesuatu yang non fisiko-kemis;yang dinamakan elan vital, entelechy, vis vialis, vital essence atau vital force. Sedangkan filsafat materialisme menganggap bahwa hidup hanya sekedar proses fisiko-kemis, dan bila ada perbedaan benda hidup adalah hanya sekedar kompleksitas susunan kimia. Kita ketahui  proses evolusi tidak hanya proses yang bersifat fisiko-kemis saja. Setinggi apapun ilmu manusia, tetapi tidak dapat menjangkau apa itu elan vital, apalagi menciptakannya.
Sumber : makalah pandangan harun yahya terhadap teori evolusi
mahasiswa jurusan Biologi, universitas negeri gorontalo, ank. 09'

itulah artikel mengenai pandangan harun yahya terhadap teori evolusi. Luangkanlah waktu anda untuk memberi sedikit komentar terhadap artikel ini untuk perbaikan artikel-artikel kami selanjutknya. Terimakasih.

Title : PANDANGAN HARUN YAHYA TERHADAP TEORI EVOLUSI
Description : Latar Belakang Harun Yahya -  Harun Yahya adalah nama samaran Adnan Oktar. Adnan lahir di Ankara, Turki pada tahun 1956. Ia banyak menulis ...

0 Response to "PANDANGAN HARUN YAHYA TERHADAP TEORI EVOLUSI"

Post a Comment

Panduan berkomentar :
1. Berkomentarlah sesuai topik artikel
2. Dilarang komentar SPAM
3. Check list notify me untuk mendapat pemberitahuan balasan komentar anda

berlangganan artikel via email