Materi filum plathyhelminthes


Materi Filum plathyhelminthes


Plathyhelminthes berasal dari kata yunani: platy + helminthes; platy = pipoh, helminthes = cacing. bila di bandingkan dengan porifera dan coelenterate, maka kedudukan phylum platyhelminthes lebih tinggi setingkat. hal ini dapat di lihat dengan tanda-tanda sebagai berikut: tubuh bilateral simetris, arah tubuh sudah jelas, yaitu mempunyai arah: anterior-posterior dan arah dorsal-ventral, bersifat triploblastik, sebab dinding tibuhnya sudah tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektodermis, lapisan mesodermis, dan lapisan endodermis, sudah mempunyai susunan saraf, yang bersistem tangga tali, yang terdiri dari sepasang ganglia yang membesar di bagian anterior dan sepasang atau lebih tali saraf yang membentang kea rah anterior ke posterior, tubuhnya sudah di lengkapi dengan gonad yang telah mempunyai saluran tetap dan juga alat kopulasi yang khusus. tetapi kelompok hewan ini masih tergolong hewan tingkat rendah, mengingat tubuh tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan belum sempurna, bahkan ada anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat kelaminnya masih belum terpisah (hermaprodit).


kelas turbellaria
seperti telah di sebutkan di bagian depan bahwa kelas ini berdasarkan bentuk anteronnya di bagi menjadi 5 ordo, yaitu : ordo Acoela, Rhabdocoela, Alloecoela, Tricladida, Polycladida.
planaria

planaria sp.
Planaria sp.

struktur dan fungsi
cacing planaria di pakai sebagai contoh yang mewakili anggota kelas turbelaria pada umumnya. planaria biasanya dengan istilah euplanasia atau dugesia. planaria hidup bebas di perairan air tawar yang jernih, lebih suka pada air yang tidak mengalir. planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh di bawah air dan lain-lain. bentuk tubuh anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk runcing, khusus cacing bipalium kepalanya berbentuk seperti martil, panjang tubuh planaria sekitar 5-25 mm, tetapi bagi planaria yang hidup di darat dapat mencapai panjang 60 cm, sedangkan bipalium 25 cm. bagian tubuh sebelah dorsalwarnanya lebih gelap daripada warna tubuh sebelah ventral. di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya di ketemukan sepasang bintik mata  yang sensitive terhadap rangsangan sinar, oleh karena itu planaria dapat membedakan gelap dan terang, namun demikian planaria tidak dapat melihat. kira-kira di dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor di ketemukan lubang mulut. lubang mulut ini berhubungan dengan kerongkongan atau pharinkx yang dindingnya di lengkapi dengan otot daging sirkular maupun longitudinal. kerongkongan ini dapat di tarik dan di julurkan. dalam posisi menjulur kerongkongan tersebut bentuknya mirip dengan belalai, dan juga biasa di sebut proboscis. di bagian kepala, yaitu di bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang mempunyai telinga, yang biasa di sebut aurikel. tepat di bawah bagian kepala terdapat bagian tubuh menyempit yang di hubungkan bagian badan dan bagian kepala di sebut bagian leher. di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral di ketemukan zona adesif. zona adesif tersebut menghasilkan lender yang liat yang berfungsi melekatkan tubuh hewan itu ke permukaan benda yang di tempelinya. di permukaan ventral tubuh di tutupi rambut-rambut getar halus yang berfungsi dalam pergerakan.
Dinding tubuh planaria pad aprinsipnya tersusun atas empat lapisan jaringan, yaitu berturut-turut dari luar ke dalam sebagai berikut :

1) lapisan epidermis,
2) lapisan kelenjar sub epidermis
3) lapisan otot (musculus)
4) lapisan mesencim (parenkim)


anatomi planaria
Anatomi Planaria


Sistem saluran pencernaan makanan planaria terdiri dari : mulut, pharynx, oesophagus, usus, mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu kira-kira dekat pertengahan agak kea rah ekor. lubang ini di lanjutkan oleh kantung yang bentuknya silindris memanjang yang di sebut rongga mulut, tetapi oleh beberapa ahli rongga ini biasa juga di sebut dengan istilah rongga pharyngeal. pharynx, terjulurkan kea rah posterior semacam “pipa’ yang berdinding otot yang dapat di julurkan. pharynx ini bila sedang di julurkan bentuknya seperti belalai maka atas dasar itu juga di sebut belalai atau proboscis. oesophagus merupakan persambungan dari pada pharynx yang langsung bermuara ke dalam usus ; usus bercabang tiga, yaitu menunjuk kea rah anterior sedang yang dua lagi secara berjaajar sebelah menyebelah menuju ke erah posterior. masing-masing cabang tersebut masih bercabang lagi kea rah lateral, percabangan itu banyak sekali pendek-pewndek dan buntu dan di sebut divertikulata. karena tubuh planaria ini hamper transparan maka percabangan usus-usus itu di lihat dan bervakuola dan juga sel-sel kelenjar yang menghasilkan getah pencenaan. sedangkan dinding pharynx tersusun atas lapisan epithelium sel-sel kelenjar dan pleksus saraf.
makanan planaria terdiri dari hewan-hewan kecil lainnya baik yang masih hidup maupun yang telah mati. mula-mula mangsanya di pegang dengan bagian ventral dari pada kepalanya, kemudian secara sedikit demi sedikit planaria terus merayap di atas mangsanya.
seperti halnya hewan tingkat rendah lainnya, planaria juga belum mempunyai alat pernapasan khusus. pengambilan O2 dari lingkungan ekstern maupun pengeluaran gas CO2  dari lingkungan intern berjalan secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan tubuh. dengan adanya kondisi tubuh yang pipih atau tipis semakin member kelancaran pertukaran gas tersebut.
Sistem ekskresi pada planaria sudah berkembang lebih maju di bandingkan dengan coelenterate, dalam arti sudah mempiunyai alat khusus. system tersebut terdiri dari pembulu-pembulu yang bercabang-cabang yang mengadakan anyaman-anyaman dan sel- sel yang berbentuk se[erti kantung yang di sebut sel api atau “flame-cell” pada masing-masing sisi tubuh biasanya terdapat 1 hingga 4 buah pembuluh mengumpul yang membentang longitudinal. di bagian anterior pembuluh-pembuluh sisi longitudinal tersebut mengadakan pertemuan, di hubungkan oleh pembuluh transversal sedikit agak di depan bintik mata. di bagian posterior pembuluh-pembuluh sisi tersebut masih tetap terpisah. di baguan permukaan dorsal dari pada tubuhnya, pembuluh-pembuluh sisi tersebut bermuara pada suatu pori-pori yang di sebut nephridiophor. flame cells atau sel-sel api tersebut terletajk di antara sel-sel tubuh lainnya terutama di bagian mesenkim. adapun fungsi sel-sel api ini ialah sebagai alat ekskresi yaitu membuang zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa metabolism zat nitrogen dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut membantu dalam mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap dapat di pertahankan seperti ukuran normal.
Susunan saraf planaria sudah ditemukan sejumlah ganglion yang berfungsi sebagai pusat susunan saraf.
planaria akan menghindarkan diri, bila terkena sinar matahari yang kuat, oleh karena itu pada siang hari cacing ini melindungkan diri dibawah naungan batu atau daun atau dibawah objek-objek lain. Dibawah sinar difusi cacing-cacing itu aktif bergerak, berenang-renang ataupun merayap. Pada waktu istrahat mereka melekatkan atau menempelkan diri pada suatu objek dengan bantuan zal lender yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir yang terdapat pada zona adesif pada tubuh. Planaria melakukan dua macam gerak, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur untuk mengkoordinir aktifitas bagian-bagian tubuh terdapat seonggok ganglion yang terletak dibagian kepala yang berfungsi sebagai otak, dan biasa disebut ganglin cerebral. Dari ganglion tersebut muncul cabang-cabang saraf radial baik menuju ke anterior maupun posterior. Cabang anterior menuju ke bintik mata, cabang lateral menuju keindra Chemoreceptor, sedang cabang keposterior yang sejajar, terdiri atas bagian kanana dan kiri membentang dibagian ventral tubuh.
Planaria telah mempunyai indra mata yang berupa bintik, dan indra aurikel yang kedua-duanya terdapat pada bagian kepala. Bintik mata merupakan titik hitam yang terletak dibagian dorsal kepala, yang terdiri dari sel-sel pigmen yang tersusun dalam bentuk mangkok yang dilengkapi dengan sel-sel saraf sensorik yang sensitive terhadap sinar. Bintik mata itu tarafnya baru bisa mengenal gelap dan terang saja.
Planaria berkembang biak dengan cara seksual maupun aseksual. Cara kembang boak secara aseksual dengan jalan autotomi (memotong diri sendiri) sedang cara seksual dengan pembuahan sel tel;ur oleh sel sperma.
planaria bersifat hermaprodit, maka dalam tubuh seekor hewan terdapat alat kelamin jantan dan betina. adapun susunan alat kelamin tersebut adalah sebagai berikut :
Sistem alat kelamin jantan : terdiri atas (1) testis yang berjumlah ratusan, berbentuk bulat tersebar disepanjang kedua sisi tubuh, (2) vasa eferensia yang merupakan pembuluh agak besar, (3) vasa deferensia merupakan pembuluh agak kecil yang berjumlah dua buah yang masing-masing membentang pada sisi tubuh yang bergabung bermuara pada suatu kantung yang disebut (4) Vesicula ceminalis yang merupakan kantung yang berfungsi menampung sperma dan menyalurkan sperma menuju ke (5)  Venis  yang merupakan alat transver alat kelamin hewan lain pada waktu mengadakan kopulasi dalam rangka mengadajkan perkawinan silang. Penis bermuara pada (6)  Ruangan genitalis  yang waktu kopulasi menjulur keluar melalui (7)  porus genitalis.
Title : Materi filum plathyhelminthes
Description : Materi Filum plathyhelminthes Plathyhelminthes berasal dari kata yunani: platy + helminthes; platy = pipoh, helminthes = cacing. bi...

0 Response to "Materi filum plathyhelminthes"

Post a Comment

Panduan berkomentar :
1. Berkomentarlah sesuai topik artikel
2. Dilarang komentar SPAM
3. Check list notify me untuk mendapat pemberitahuan balasan komentar anda

berlangganan artikel via email