Dasar
dari Pengajaran Bapa Gereja
Para Rasul mengajarkan apa yang
mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera Allah, yang hidup dalam
kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Iman akan Allah Trinitas ini
sangat nyata pada Tradisi umat Kristen pada abad-abad awal.
1. St. Paus Clement dari Roma
(menjadi Paus tahun 88-99):
“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?”
“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?”
2. St. Ignatius dari
Antiokhia (50-117) membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk
membangun bait Allah Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus
yaitu Salib-Nya dan oleh ‘tali’ Roh Kudus.
“Ignatius, juga disebut Theoforus,
kepada Gereja di Efesus di Asia… yang ditentukan sejak kekekalan untuk
kemuliaan yang tak berakhir dan tak berubah, yang disatukan dan dipilih melalui
penderitaan sejati oleh Allah Bapa di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.”
“Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus,
telah dikandung oleh Maria seturut rencana Tuhan: dari keturunan Daud, adalah
benar, tetapi juga dari Roh Kudus.”
“Kepada Gereja yang terkasih dan
diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak Dia yang
telah menghendaki segalanya yang ada.”
3. St. Polycarpus (69-155),
dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji Engkau (Allah
Bapa), …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung yang ilahi dan surgawi, Yesus
Kristus, Putera-Mu yang terkasih, melalui Dia dan bersama Dia, dan Roh
Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.”
4. St. Athenagoras (133-190):
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, -Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, -Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
5. Aristides sang filsuf
[90-150 AD] dalam The Apology
“Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh Kudus.
“Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh Kudus.
6. St. Irenaeus (115-202):
“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.”
“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.”
“Sebab Gereja, meskipun tersebar di
seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para rasul dan
dari murid- murid mereka iman di dalam satu Tuhan, Allah Bapa yang
Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya; dan di
dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi daging bagi
keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan
melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang
perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke
surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam
kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan
kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan
Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah Bapa
yang tidak kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan di
bumi dan di bawah bumi ….”
“Namun demikian, apa yang tidak
dapat dikatakan oleh seorangpun yang hidup, bahwa Ia [Kristus] sendiri
adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh mereka yang telah
memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran”
7. St. Clement dari
Alexandria [150-215 AD] dalam Exhortation to the Heathen (Chapter 1)
“Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita”.
“Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita”.
“Dihina karena rupa-Nya namun
sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang Penebus, Penyelamat, Pemberi
Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan yang benar, Ia yang setingkat
dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia adalah Putera-Nya.”
8. St. Hippolytus [170-236
AD] dalam Refutation of All Heresies (Book IX)
“Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah.
“Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah.
“Sebab Kristus adalah Allah di
atas segala sesuatu, yang telah merencanakan penebusan dosa dari umat
manusia.
9. Tertullian [160-240 AD]
dalam Against Praxeas
“Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan, ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.”
“Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan, ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.”
10. Origen [185-254 AD] dalam
De Principiis (Book IV)
“Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.”
“Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.”
11. Novatian [220-270 AD]
dalam Treatise Concerning the Trinity
“Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia memberikan satu ketentuan kepada kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3). Bukankah Ia menghendaki agar diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak menghendaki agar dipahami sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan manusia Yesus Kristus yang telah diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak menambahkan ini, juga Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai manusia saja, tetapi satu diri-Nya dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar dipahami oleh persatuan ini sebagai Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak akan menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya dari Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.”
“Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia memberikan satu ketentuan kepada kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3). Bukankah Ia menghendaki agar diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak menghendaki agar dipahami sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan manusia Yesus Kristus yang telah diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak menambahkan ini, juga Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai manusia saja, tetapi satu diri-Nya dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar dipahami oleh persatuan ini sebagai Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak akan menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya dari Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.”
12. St. Cyprian of Carthage [200-270
AD] dalam Treatise 3
“Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …”
“Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …”
13. Lactantius [290-350 AD]
dalam The Epitome of the Divine Institutes
“Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia.
“Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia.
“Seseorang mungkin bertanya,
bagaimana mungkin, ketika kita berkata bahwa kita menyembah hanya satu Tuhan,
namun kita menyatakan bahwa ada dua, Allah Bapa dan Allah Putera, di mana
penyebutan ini telah menyebabkan banyak orang jatuh ke dalam kesalahan yang
terbesar … [yang berpikir] bahwa kita mengakui adanya Tuhan yang lain, dan
bahwa Tuhan yang lain itu adalah yang dapat mati …. [Tetapi] ketika kita bicara
tentang Allah Bapa dan Allah Putera, kita tidak bicara tentang Mereka sebagai
satu yang lain dari yang lainnya, ataupun kita memisahkan satu dari lainnya,
sebab Bapa tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan
dari Bapa.”
14. St. Athanasius (296-373),
“Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera…. Mereka
itu satu, bukan seperti sesuatu yang dibagi menjadi dua bagian namun dianggap
tetap satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka
adalah dua,(dalam arti) Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya
dengan Putera… tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu (sebab anak
selalu mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya), dan apa yang menjadi milik
BapaNya adalah milik Anak-Nya.”
15. St. Agustinus (354-430),
“… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat,
yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat
diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan: meskipun
Allah Bapa telah melahirkan (has begotten) Putera, dan Putera lahir dari
Allah Bapa, Ia yang adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh Kudus bukanlah Bapa
ataupun Putera, namun Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama (co-equal)
dengan Bapa dan Putera, membentuk kesatuan Tritunggal. ”
Dalam bukunya, On the Trinity
(Book XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas.
Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas,
yaitu:
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini
kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut: jika kita mengingat sesuatu,
misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat 3 hal yang terlibat, yaitu,
kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan kita, kita
mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan untuk
melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya. Nah, ketiga
hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu dengan yang
lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak bisa
menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau
kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin
mengingatnya, atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.
Title : Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja
Description : Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera Allah, yang...
Description : Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera Allah, yang...
0 Response to "Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja"
Post a Comment
Panduan berkomentar :
1. Berkomentarlah sesuai topik artikel
2. Dilarang komentar SPAM
3. Check list notify me untuk mendapat pemberitahuan balasan komentar anda