Berat Badan dan Tinggi Badan
Kegemukan dan obesitas merupakan dua
hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak
yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks
masa tubuh di atas normal.
Microbial community atau komunitas
mikrobia merupakan sekelompok mikroba yangt hidup pada suatu bagian tubuh
tertentu pada manusia. Keberadaan mikroba ini dapat menyebabkan terjadinya
obesitas. Contohnya serat didalam usus besar akan terkonvensi menjadi glukosa
dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim selulase akan terurai
menjadi SCFA (Sort Chain Fatty Acid), CO2 dan H2. Keberadaan CO2 dan H2 ini
akan menekan kadar SCFA. CO2 dan H2 ini dapat meembentuk CH4 bila terdapat
bakteri meatanoge Methanobacterium smithii. Bila jumlah Methanobacterium
smithii berlebih, maka produksi SCFA di dalam usus besar akan meningkat karena
sebagian besar CO2 dan H2 akan terkonvensi menjadi CH4. Akibatnya SCFA akan
tertimmbun di dalam tubuh dan teerjadilah obesitas. Jadi, tidak menutup
kemungkinan seseorang vegetarian dapat mengalami obesitas walaupun dia hanya
menkonsumsi seraat atau sayur bila jumlah Methanobacterium smithii berlebih di
dalam tubuh. Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan pada jaringan
tubuh. Obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu
rangkap, leher relative pendek, dada yang menggembung dengan payudara yang membesar
mengandung lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat seta kedua
tungkai umumnya berbentuk X dengan pangkal paha bagian dalam saling menempel
menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak sedap.
Studi tentang pasien gemuk sekali
menunjukkan bahwa suatu proporsi kegemukan yang sangat besar diakibatkan oleh
faktor pshychogenic. barangkali faktor pshychogenic yang paling umum
contributingto kemegukan menjadi gagasan yang lazim yang sehat makan kebiasaan
memerlukan tiga makanan [adalah] suatu hari dan bahwa masing-masing makanan
harus mengisi. (Guyton :2001)
Penderita obesitas mengalami
penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan
untuk jangka waktu yang lama, dan beresiko lebih tinggi untuk terkena beberapa
penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus tipe 2 dan sebagainya.
Obesitas menyebabkan peradangan yang merusakkan gondok, yang mana mengeluarkan hormon untuk mengatur metabolisme dan fungsi penting lain. mereka mengevaluasi 186 di atas berat/beban dan anak-anak gemuk sekali untuk sekitar tiga tahun, menguji thryoid hormon mengukur dan zat darah penyerang kuman gondok dan imaging kelenjar/penekan yang gondok menggunakan ultrasound. Penanganan obesitas mempunyai beberapa cara tatalaksana diet, adalah tetap menyediakan makanan dengan nutrient yang cukup optimum (nutrisi seimbang), serta yang perlu diperhatikan adalah membiasakan hidup sehat. Hanya dalam mengeliminasi makanan kecil, mengurangi makanan mengandung tinggi gula / lemak atau minum-minuman manis dapat menghasilakn penurunan berat badan. Cara mengatur makanan lain yaitu dengan cara diet traffic light, makanan dibagi dalam kelompok seperti warna traffic light. Makanan-makanan dikategorikan kedalam makanan hijau yaitu makanan yan dapat dimakan dalam jumlah tanpa batas, sebagai contoh makanan non fat/low fat adalah : ikan, sebagian besar buah-buahan dan sayur-sayuran, susu rendah/bebas lemak, keju bebas lemak. Makanan kuning, seperti gandum, ubi rambat. Makanan dalam kategori kuning boleh dikonsumsi secara terbatas yaitu hanya dalam waktu makan. Yang termasuk makanan merah adalah makanan yang tidak boleh dimakan atau boleh dimakan hanya seminggu sekali, meliputi : makanan tinggi lemak, kacang-kacangan, margarine, cokelat, makanan digoreng. Diet dengan cara mengurangi konsumsi makanan dalam kelompok makanan merah menunjukkan keberhasilan bila dikombinasikan dengan komponen perubahan perilaku dan aktifitas fisik. Diet tersebut sama dengan diet rendah lemak jenuh, gula dan garam, serta makan banyak sayuran dan buah. Ketika di atas berat badan mencoba untuk menyimpan semua untuk mampu memberi makan dirinya sendiri lebih baik, tetapi yang semakin gemuk mengenakan semakin itu berpikir harus mendukung berat/beban ekstra. ketika badan adalah di bawah berat/beban dan ilmu gizi bukanlah suatu masalah sangat mencoba untuk menyimpan semua gemuk, metabolisme adalah tinggi/kelebihan di dalam makanan dan kamu lewat segalanya selain itu, yang gemuk ketika kamu mempunyai semua jenis ilmu gizi dan makanan yang nampaknya tanpa akhir.
Obesitas menyebabkan peradangan yang merusakkan gondok, yang mana mengeluarkan hormon untuk mengatur metabolisme dan fungsi penting lain. mereka mengevaluasi 186 di atas berat/beban dan anak-anak gemuk sekali untuk sekitar tiga tahun, menguji thryoid hormon mengukur dan zat darah penyerang kuman gondok dan imaging kelenjar/penekan yang gondok menggunakan ultrasound. Penanganan obesitas mempunyai beberapa cara tatalaksana diet, adalah tetap menyediakan makanan dengan nutrient yang cukup optimum (nutrisi seimbang), serta yang perlu diperhatikan adalah membiasakan hidup sehat. Hanya dalam mengeliminasi makanan kecil, mengurangi makanan mengandung tinggi gula / lemak atau minum-minuman manis dapat menghasilakn penurunan berat badan. Cara mengatur makanan lain yaitu dengan cara diet traffic light, makanan dibagi dalam kelompok seperti warna traffic light. Makanan-makanan dikategorikan kedalam makanan hijau yaitu makanan yan dapat dimakan dalam jumlah tanpa batas, sebagai contoh makanan non fat/low fat adalah : ikan, sebagian besar buah-buahan dan sayur-sayuran, susu rendah/bebas lemak, keju bebas lemak. Makanan kuning, seperti gandum, ubi rambat. Makanan dalam kategori kuning boleh dikonsumsi secara terbatas yaitu hanya dalam waktu makan. Yang termasuk makanan merah adalah makanan yang tidak boleh dimakan atau boleh dimakan hanya seminggu sekali, meliputi : makanan tinggi lemak, kacang-kacangan, margarine, cokelat, makanan digoreng. Diet dengan cara mengurangi konsumsi makanan dalam kelompok makanan merah menunjukkan keberhasilan bila dikombinasikan dengan komponen perubahan perilaku dan aktifitas fisik. Diet tersebut sama dengan diet rendah lemak jenuh, gula dan garam, serta makan banyak sayuran dan buah. Ketika di atas berat badan mencoba untuk menyimpan semua untuk mampu memberi makan dirinya sendiri lebih baik, tetapi yang semakin gemuk mengenakan semakin itu berpikir harus mendukung berat/beban ekstra. ketika badan adalah di bawah berat/beban dan ilmu gizi bukanlah suatu masalah sangat mencoba untuk menyimpan semua gemuk, metabolisme adalah tinggi/kelebihan di dalam makanan dan kamu lewat segalanya selain itu, yang gemuk ketika kamu mempunyai semua jenis ilmu gizi dan makanan yang nampaknya tanpa akhir.
Beberapa cara untuk menentukan
obesitas diantaranya desintrometri, pengukuran total kalium tubuh, total air
tubuh, USG,CT,MRI, pengukuran antropometri dengan mengkur berat badan total,
tinggi badan, tebal lemak subkutis, anjang lingkar bagian tubuh tertentu, dan
perhitungan berdasarkan nilai angka antropometri, diantaranya BMI,WHR, indeks
ponderal, indeks broca, v/s,w/sks/,tetapi semuanya belum dapat digunakan
sebagai standar utama mengukur total lemak tubuh. Cara yang paling sering digunakan
diklinik dan dilapangan dalam menetukan obesitas adalah mengukur berat badan
relative (berat badan subyek dibagi berat badan standar untuk tinggi tertentu),
dan indeks masa tubuh (IMT/BMI), berat dibagi kuadrat tinggi badan. Dari segi
makanan, hendaknya untuk sementara mengurangi atau sementara mmengurangi atau
bahkan bahkan menghindari makanan yang berlemak, begitu juga makanan yang
manis-manis. Makanan sumber lemak tinggi banyak terdapat makanan “fast foot”
dan lain-lain yang memiliki kontribusi terhaadap kegemukan. Sangat dianjurkan
mengkonsumsikan makanaan bersderta tinggi. Serat makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti sayuran dan buah-buahan mempunyai efek mengenyangkan
dan relative rendah kalori tetapi kaya akan vitamin dan mineral. Satuan
standard energi menjadi kalori, menggambarkan sebagai temperatur 1 g air 1
derajat tingkat, dari 15 [bagi/kepada] 16 celcius, apakah unit kalori gram,
kalori kecil, atau kalori standard. unit yang biasanya yang digunakan di dalam
phsyology dan obat kedokteran menjadi kalori, atau kilokalori. ( w.f.ganong:
2000).
PEMBAHASAN
Berat Badan dan Tinggi Badan
Pada percobaan
ini, kami melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat
badan dengan skala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala
atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan kami menggunakan alat pengukur
tinggi dengan skala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung
kepala dengan kondisi badan tegak. Pengukuran
ini akan menunjukkan keseimbangan antara kalori yang tersedia dengan
pengeluaran energi, massa otot, lemak tubuh dan penyimpanan protein. Menurut
Guyton (1995), masukan makanan harus selalu cukup untuk mensuplai kebutuhan
metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas. Juga, karena berbagai
makanan mengandung berbagai bagian protein, karbohidrat, dan lemak,
keseimbangan yang sesuai harus dipertahankan antara berbagai jenis makanan
tersebut sehingga semua segmen sistem meabolisme tubuh dapat disuplai dengan
bahan yang dibutuhkan.
Setelah
melakukan pengukuran terhadap 8 orang OP berjenis kelamin perempuan dengan usia
19-21 tahun., diperoleh hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang
berbeda-beda dari setiap OP. Perbedaan itu dikarenakan setiap OP memiliki
aktivitas, usia, nutrisi yang dimakan dan kecepatan metabolisme dakam tubuh
yang berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme
mencakup ukuran tubuh, umur, seks, iklim yang mencakup derajat panas, jenis
pakaian yang dipakai, dan jenis pekerjaan.
Dari data berat
badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan pengukuran berat badan ideal dan
Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Dengan menghitung BMI
maka akan terlihat kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan setiap OP.
Jika nilai BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut
:
Nilai
BMI < 18,5 = Berat badan di bawah normal
Nilai BMI 18,5 - 22,9 = Normal
Nilai BMI 23,0 - 24,9 = Normal Tinggi
Nilai BMI 25,0 - 29,9 = di atas normal
Nilai BMI ≥ 30,0 = Obesitas
Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa nilai berat ideal dari kedelapan OP
terendah pada 35,8 kg dan tertinggi pada 68,2 kg. Sedangkan nilai BMI yang ada
adalah terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada
Rani Dwi yaitu 26,29 kg/m2. Dari kedelapan OP hanya 4 orang
yang memiliki berat badan dan BMI normal yaitu Siti Jumroh (21,9 kg/m2),
Riski (21,64 kg/m2), Anis (19,85 kg/m2) dan Siti Hadianti
(19,3 kg/m2), hal itu berarti berat badan dan tinggi badan ketiga OP
tersebut sesuai/ideal.
Sedangkan terdapat juga OP yang memiliki BMI di bawah normal yaitu Lia
(18,1 kg/m2), Yulia (18,3 kg/m2), dan Afani (17,313 kg/m2).
Hal ini menunjukkan bahwa status gizi ketiga OP tersebut adalah kurus tingkat
ringan. OP dianjurkan untuk menaikkan berat badan sampai menjadi normal sampai
nilai interval pada BMI masing-masing.
Nilai BMI OP yang lebih rendah dari standar nilai IBM dapat disebabkan
konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan
energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Mempertahankan berat badan
normal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak,
maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi.
Selain itu terdapat pula satu OP yang memiliki BMI di atas normal yaitu
Rani Dwi (26,29 kg/m2) yang berarti OP memiliki risiko masalah
kesehatan, salah satunya yaitu risiko mengalami obesitas. Obesitas adalah
kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan
lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan
obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Terjadinya obesitas dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor genetik.
Dalam sebuah
referensi dikatakan bahwa terdapat penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa
rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang. Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup
berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang
dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Selain
itu, faktor psikis yaitu apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
- Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
- Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
- Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Resiko
kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya angka BMI :
·
Resiko
rendah : BMI < 27
·
Resiko
menengah : BMI 27-30
·
Resiko
tinggi : BMI 30-35
·
Resiko
sangat tinggi : BMI 35-40
·
Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Berbagai
penelitian memperlihatkan bahwa, secara rata-rata, orang yang gemuk tidak makan
lebih banyak daripada orang kurus. Salah satu penjelasan yang mungkin
adalah bahwa orang yang kegemukan tidak makan berlebihan, tetapi ”kurang
bergerak”. Penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktivitas fisik
yang sangat rendah tidak disertai oleh penurunan pemasukan makanan yang setara.
Penjelasan lain adalah bahwa kelebihan pemasukan makanan energi terjadi hanya
ketika kegemukan sedang berlangsung (Sherwood, 2001).
Faktor lain
yang menyebabkan perbedaan berat badan dan tingi badan yaitu perbedaan asupan
makanan dan gizinya. Masing-masing OP mungkin memiliki asupan gizi dan
kebutuhan nutrisi sehari-hari yang berbeda. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan
gizi sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia
serta aktivitas, perlu juga diperhatikan apakah seseorang sedang menderita
penyakit. Selain itu pula faktor genetic bias menjadi penentu perbedaan berat
badan dan tinggi badan.
KESIMPULAN
Berat Badan dan Tinggi Badan
1. Pengukuran
berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan berskala
kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh
terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan dilakukan dengan
alat pengukur tinggi berskala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga
ujung kepala dengan kondisi badan tegak.
2. Berat badan
OP terkecil adalah Lia yaitu 42 kg, sedangkan berat badan terbesar adalah Rani
yaitu 66 kg, rata-rata berat badan OP adalah 51,8125 kg. Tinggi badan terendah
adalah Lia yaitu 152 cm, sedangkan tinggi badan tertinggi adalah siti hadianti
yaitu 164 cm, rata-rata tinggi badan OP adalah 159,4625 cm
3. Nilai Indeks
Massa Tubuh (Body Mass Index) dari ke delapan OP berbeda-beda dengan BMI
terendah pada Afani yaitu 17,313 kg/m2 dan tertinggi pada Rani
Dwi yaitu 26,29 kg/m2.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta:
EGC.
Ganong, William F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Isnaeni,
Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT. Rineka Cipta.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Pearce,
Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustak Utama.
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG.
Suripto.
2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit ITB.\
Title : praktikum Berat Badan dan Tinggi Badan
Description : Berat Badan dan Tinggi Badan Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya...
Description : Berat Badan dan Tinggi Badan Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya...
0 Response to " praktikum Berat Badan dan Tinggi Badan"
Post a Comment
Panduan berkomentar :
1. Berkomentarlah sesuai topik artikel
2. Dilarang komentar SPAM
3. Check list notify me untuk mendapat pemberitahuan balasan komentar anda